Saturday, December 18, 2010

Hanya cinta sesaat - 1

Namaku Iwan, 23 tahun. Ceritanya aku mulai ketika aku baru saja diterima kerja di sebuah Travel Agent di Ruko kawasan Mangga Dua Jakarta. Terus terang, aku baru saja lulus dari kuliahku di AKPAR di Jogja. Aku baru lulus bulan Juli 98. Terus, aku sudah berusaha melamar kerja di Travel Agent di Jogja, tapi tidak satupun yang mau menerimaku. Akhirnya aku berkelana ke Jakarta, aku kost di kawasan Kemayoran bersama temanku yang sudah lebih dulu ke Jakarta dan juga lebih dulu bekerja di Jakarta. Sampai akhirnya, bulan Desember aku berhasil bekerja di Travel Agent, tempatku sekarang bekerja.

Nah, di hari pertamaku kerja, aku datang pagi-pagi sekali ke kantor. Kata Bos baruku, aku harus datang jam 8.30 pagi, yaa.., aku pergi dari rumah jam 7.00, takut kalau-kalau ada macet di jalan, paling tidak dalam dua jam aku sampai di kantor baruku. Ternyata di luar dugaan, aku tiba pukul 7.30. Sial, aku pikir, tahu begini, lebih baik aku pergi jam delapan. Dan ternyata kantorku juga belum buka. Aku nongkrong saja di depan kantorku. Tidak berapa lama, ada cewek yang sedang membuka rolling door ruko di sebelah kantorku. Ah daripada nongkrong sendirian, lebih bagus nongkrong berdua, pikirku.

"Hai.., baru buka kantor ya?", tanyaku berbasa-basi.
"Iya..", jawabnya ramah.
"Kantor kamu kantor apa sih", tanyaku, sebab di depan kantornya, tidak ada satupun papan nama yang menjelaskan nama kantor itu.
"Cargo Agent", katanya sambil mendorong pintu kantornya ke samping.
Melihat dia kesulitan mendorong pintu, akupun membantu mendorongnya, " Kamu karyawan baru di kantor sebelah ya..?", tanyanya.
"Iya.., eh kenalin, saya Iwan".
"Eryani..", jawabnya sambil tersenyum.
Sebelumnya, aku mau kasih gambaran gimana Eryani ini. Doi kulitnya putih, matanya sipit, rambutnya panjang sebahu, pipi tembem, tingginya sehidungku, atau kira-kira 160 cm, badannya agak berisi, payudaranya berukuran sedang, normal. Aku suka bentuk pinggul, pantat dan betisnya, aduhai sekali.

Pagi itu Eryani memakai Blazer Hitam dengan dalaman kaos putih dan rok berbahan kaos selutut dengan belahan samping, menampakkan sedikit pahanya yang putih mulus. Dan juga dia agak bungkuk badannya, kata orang-orang sih, kalau agak bungkuk, nafsunya besar!

Dan akhirnya sambil menunggu pintu kantorku buka, akupun ngobrol dengan Yani, dia di kantor itu bekerja sebagai accounting. Dia yang membawa kunci pintu kantor, sebab dia tinggal di kost-kostan di Mangga Dua juga, dan dia datang selalu jam 8.00 pagi. Eryani orangnya baik, nikmat jadi teman ngobrol. Orangnya cepat akrab dan terbuka. Aku jadi terasa bersemangat ngobrol dengan dia. Apalagi orang-orang kantornya datang tidak on time, orang-orang kantornya baru datang 15 menit kemudian, jadi aku bisa berdua dengannya. Dan dia membuatkan teh panas untukku, apa tidak asyik tuh. Eryani ternyata juga merantau sepertiku, dia berasal dari Pontianak. dia juga dulu kuliah di Jogja sepertiku, dan hal inilah yang membuat kami dapat cepat akrab.

Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan 8.30, tapi aku belum melihat satupun orang kantorku yang datang. Jadi aku terus ngobrol dengan Eryani. Dari Eryani aku tahu kalau kantorku ternyata buka jam 9.00, dan kunci kantorku selalu dibawa oleh bagian Accounting, Ani namanya, yang juga kost di sekitar Mangga Dua. Ya sudah, aku terus saja ngobrol. Sampai akhirnya jam 9.00 baru aku keluar dari kantornya, sebab, selain kantorku buka jam 9.00, aku juga tidak enak lama-lama gangguin Eryani kerja.

Hari pertama di kantor membuatku stress bukan main. Ternyata banyak yang harus aku pelajari lagi. Siangnya, aku makan siang cepat-cepat, dan kembali bekerja. Sorenya, aku senang sekali, akhirnya jam pulang kantor tiba juga. Aku lewati kantor Eryani, tapi aku malas masuk menyapanya, sebab hari itu aku sudah pusing sekali, ingin cepat-cepat pulang dan tidur!

Besoknya, aku pergi dari rumah jam 8.00 dan sampai di kantor sekitar jam 8.30, aku mampir dulu ke kantor Eryani, dan ternyata dia masih sendiri, orang-orang kantornya belum ada yang datang. Akupun mulai bercerita mengenai pengalaman hari pertama kerja. Aku curhat ke dia kalau aku stress sekali di hari pertama. Dia memberi dorongan kepadaku supaya aku tidak mudah menyerah, maju terus pantang mundur. Pokoknya, dia betul-betul memberi support, sehingga aku bisa semangat lagi bekerja, walaupun sore hari pulang kerja aku masih saja suka pusing. Tidak terasa sudah sebulan bekerja, ketika malam minggu, iseng-iseng aku mengajaknya jalan dan makan-makan, pertama dia menolak. Tapi aku maju terus pantang mundur mengajaknya jalan, dengan alasan jalan-jalan untuk menghilangkan stress dan mentraktir dia dengan gaji pertamaku, akhirnya dia mau juga.

Hari sabtu, aku dan dia pulang kerja jam 14.00, kami langsung ke M2M, nonton film yang jam lima sore, terus makan-makan di restoran Pizza. Tadinya dia kelihatan kaku ketika jalan berdua denganku, tapi lama-kelamaan, dia mulai terbiasa, dan saat kugandeng tangannya, dia cuek. Sampai akhirnya jam setengah delapan malam, kuantar dia ke kostnya.

Ternyata di luar sedang hujan, dan kami berlari-lari masuk ke dalam bajaj. Saat itu di dalam bajaj, kami berdua menggigil kedinginan basah karena hujan dan terkena angin malam yang dingin sekali. Sampai di kostnya, aku di ajaknya masuk ke kamarnya. Tempat kost Eryani sepi sekali, kata Eryani, kalau hari Sabtu banyak yang pergi, ada yang pulang ke Bandung, ke Bekasi, ke Tangerang dll. Akupun masuk ke kamarnya yang hanya 3x3 itu dengan kamar mandi di dalam. Eryani menyuruhku tinggal dulu sampai hujan reda.

Sementara Eryani mandi, aku di kamarnya hanya menonton TV. Selesai mandi, dia mengenakan daster selutut berwarna putih. Aku bisa melihat bayangan badannya di dalam daster, bra dan celana dalam putih yang dikenakannya. Melihat pemandangan indah itu, yang sebelumnya penisku menciut karena kedinginan, tiba-tiba langsung tegap! Aku tidak berkedip memadang Eryani, dan Eryani tahu kalau aku memandangi tubuhnya, dia langsung mengalihkan perhatianku.
"Wan, sono dah mandi, entar masuk angin loh..".
"Trus, entar abis mandi pakai apa?", tanyaku.
"Pake kaosku saja tuh, sama celana pendekku, nih handuknya!" katanya sambil melempar handuk ke arahku.

Jadilah aku mandi dan memakai pakaiannya. Celananya ternyata pendek sekali, aku jadi agak risih memakainya, tapi daripada memakai celana panjangku yang basah karena hujan, lebih baik memakai yang kering. Selesai mandi, dia sudah menyajikan teh hangat dan kue kering. Lumayan untuk menghangatkan badan. Kemudian aku melihat album-album fotonya, aku godain dia melihat foto-fotonya waktu kecil yang punya tompel di pipinya dan sekarang sudah dioperasi.

Ketika membolak-balik foto-fotonya, tiba-tiba aku baru sadar, dasternya agak terangkat ketika dia duduk dan memperlihatkan pahanya yang putih itu. Aduh, lagi-lagi penisku tegang dan untungnya masih ketutupan sama album foto Eryani. Akhirnya, karena posisiku tidak enak, album foto kuletakkan saja di lantai, kulihat celanaku sudah menonjol gara-gara penisku yang berdiri tegang. Aku coba rileks saja dan ngobrol apa saja dengan Eryani.

Sementara di luar hujan masih saja deras, jam sudah menunjukkan 10.30. Aku sudah merasa tidak enak sama Eryani, tapi aku stay cool saja. Sementara Eryani sendiri kelihatan sudah mulai mengantuk, tiba-tiba dia merebahkan kepalanya di pahaku.

Kuelus-elus rambutnya lembut, dia memejamkan matanya. "Wan, saya sudah ngantuk nih, lu nginep saja deh disini.., Hooahh (Eryani menguap), temenin saya yah..", katanya sambil masih memejamkan matanya.
"Iya deh", kataku sambil terus mengelus-elus rambutnya. Tidak beberapa lama, mungkin karena tidak enak posisinya, dia menggerakkan kepalanya dan tidak sengaja kena penisku (yang masih tegang), "Ee.., eh.., adik tidur yaa.." katanya sambil tangannya mengusap penisku, dan ini membuatku sangat terkejut setengah mati.., Kali' dia tidak sadar, atau sedang mengigau barangkali, pikirku.

Aku belum juga mengantuk, dan Eryani terus terlelap, tidur seperti orang mati. Lama-kelamaan, capek juga pahaku menahan kepalanya, segera kugendong badannya (yang ternyata berat setengah mati) ke kasur. Kutidurkan dia di kasur. Tapi, tidak sengaja, dasternya tersikap, dan tampaklah celana dalamnya yang putih dan pahanya yang mulus, membuatku sangat terangsang. Mau kututup pahanya, tapi sayang, kapan lagi aku bisa melihat pemandangan begini. Ini momentnya tepat sekali.

Kuelus pahanya, betul-betul mulus dan lembut. Kucium lembut pahanya, mulai dari lututnya hingga ke atas mendekati selangkangannya. Kulihat Eryani masih terlelap tidak bergeming, akupun mulai berani merenggangkan kakinya, sehingga selangkangannya terbuka, dan kutekuk lututnya, sehingga sekarang selangkangannya sudah betul-betul terbuka. Kucium bagian paha sekitar selangkangannya. Kucium celana dalamnya. Ingin aku merasakan daging di balik celana dalamnya.

Dengan hati-hati sekali, kugeser pinggir celana dalam sebelah kiri ke arah kanan. Dan aku mulai terangsang hebat ketika kulihat daging berbentuk bibir berwarna merah kecoklatan itu terlihat. Sambil tanganku menahan pinggir celana dalamnya, kucium lembut vaginanya yang berbulu lebat itu. Nyum.., nikmat sekali rasanya ketika lidahku mulai menjilat-jilat lubang kemaluannya itu. Kujilat-jilat bibir di kiri dan kanannya, kupakai kedua tanganku untuk membuka bibir yang menutupi bagian dalam vaginanya itu dan kemudian mulai menjilati clitorisnya.

Kumainkan terus lidahku di daerah sensitif vaginanya. Ternyata, Eryani mulai merasakan kenikmatan permainanku, nafasnya mulai tak beraturan. Terus kujilati vaginanya yang basah itu oleh air liurku. Sampai akhirnya aku merasa ada cairan hangat keluar dari vaginanya.

Bersambung . . .

No comments:

Post a Comment