Monday, January 31, 2011

Memory bercinta - 1

Veni seorang wanita yang selalu membahagiakan suami. Aku mengenal Veni dari masa sekolah dulu, kami awalnya adalah teman biasa dan kemudian berpacaran. Pacarku saat itu bukan hanya Veni, aku memiliki beberapa pacar, di antaranya sebut saja Indi yang merupakan sepupu dari Veni dan ia sekarang tinggal bersamaku. Aku dan Veni memiliki kisah yang cukup banyak, kami dulu sering berdua, maklumlah cinta masa muda dipenuhi dengan tantangan, kami sering berdua sehabis selesai sekolah.

Kebetulan kemerdekaan saat itu benar-benar kami rasakan, karena orang dan saudara kami sibuk dengan aktivitasnya. Awalnya kami hanya berjalan berdua, lalu bergandengan tangan, duduk berduaan, berpelukan, berciuman, dan akhirnya ia menyerahkan keperawanannya, dan hubungan ini adalah yang pertama buat kami. Ternyata kami ketagihan, setiap malam Minggu kami lakukan dengan pakaian lengkap. Ia selalu memakai rok, sehingga tangan serta milikku dapat leluasa masuk ke dalam tubuhnya, ini merupakan kenangan indah kami. Tapi yang paling kusuka bila selesai pulang sekolah, sebab di rumah kami selalu kosong, kami leluasa. Di saat itu aku dapat melucuti pakaiannya satu persatu sampai aku memuntahkan cairanku, aku menikmatinya. Aku puas menikmati tubuhnya berjam-jam tanpa sehelai pakaian. Yang paling kusuka adalah saat aku ulang-tahun, ia selalu memberi hadiah yang istimewa, mengundang datang ke rumahnya dan hadiah langsung, yaitu tubuhnya yang tanpa sehelai kain pun dan aku diajak ke lantai atas rumahnya, untuk menikmati hadiah istimewanya.

Memang awalnya aku takut berhubungan badan, setelah sering dengan Veni, aku malah ketagihan. Akhirnya aku dan Veni lulus sekolah dan kami kuliah. Saat itu aku memiliki kenalan baru di telepon, ia adalah teman dari temannya Veni waktu di sekolah, ia sering menghubungiku dan meminta tolong supaya aku mencari kabar tentang cowoknya, sebab cowokya anak kampusku dan sudah lama tidak bertemu. Namanya Reyne dan awalnya kami hanya berbincang biasa, lama kelamaan kami akrab dan berbicara bebas. Akhirnya kudapati dengan samar-samar kabarnya, dan ternyata cowoknya telah memiliki pacar baru, dan aku minta cerita tersebut dibarter dengan hadiah. Ia berjanji akan memberi hadiah. Awalnya aku bercanda kalau hadiahnya Reyne, dan Reyne menyanggupinya sambil bercanda. Kami hanya berbincang ditelepon dan belum pernah bertemu, entah setelah beberapa lama kami sepakat bertemu, dan Reyne berterima kasih kepadaku atas bantuanku dan akan memberikan hadiah yang ia janjikan, entah apa hadiah itu.

Akhirnya kami bertemu di suatu tempat lalu ke rumahku yang kebetulan kosong waktu itu (keluargaku berlibur ke daerah). Kami mengobrol, aku bertanya bahwa hadiahnya dimana, lalu jawabnya adalah hadiahnya belum ada dan apa yang kumau. Lalu kami berdua berbincang panjang lebar, aku menanyakan dan meminta hadiah darinya, aku meminta cumbuan sebagai hadiahnya sambil bercanda tapi entah mengapa kami menjadi serius. Awalnya ia tidak merespon, tapi setelah beberapa lama ia terima permintaanku. Akhirnya aku mengambil kadoku, aku bertanya sambil tanganku mengarah ke dada kanannya, "Ini boleh kan?" lalu Reyne menjawab, "Boleh!" dengan tegang. Tanpa basa-basi dan birahi yang berkembang aku menyentuh dadanya, memang tidak terlalu besar sekali tapi aku suka petualangan ini. Lalu kuusap-usap dan perlahan kuangkat kaosnya hingga terlihat BH-nya, lalu kubuka kaitan BH-nya dan kuangkat tinggi sehingga kedua buah dada serta putingnya dapat kunikmati dengan mataku dengan jelas.

Kuraba-raba dan kuremas-remas sampai puting dan dadanya mengeras, wajahnya memucat dan tegang tapi tampaknya Reyne menikmati sentuhanku. Lalu aku menawarkan menonton film, dan ia mau nonton film. Aku bergegas mengambil film, tetapi yang kuambil adalah film XX. Kuambil film tersebut lalu kembali ke tempat dimana aku merasakan tubuh Reyne, kulihat ia sudah menutup kembali buah dadanya seperti semula. Aku agak kecewa, tapi tak apalah. "Kita nonton ini ya," sahutku, lalu kusetel dan segera duduk di sampingnya. Reyne tak tahu film apa yang kusetel, film belum mulai, aku kembali meraba-raba dadanya yang tertutup seperti semula, lalu film pun dimulai. "Ini nggak apa-apa kan?" tanyaku sesaat. "Asal bagus, aku suka," jawabnya.

Film pun dimulai seiring tanganku yang meraba-raba tubuhnya, tampaknya ia menyukai film yang kusetel. Tangannya ke pundakku, lalu wajahnya ke dadaku sambil berkata, "Filmnya, ah.." kulihat tubuhnya tegang, lalu tangan kananku mengangkat dan menarik dagunya dan bibirnya perlahan ke bibirku. Akhirnya bibirnya kukecup dan kami berciuman bersama nafsu kami, tanganku tak henti-henti meraba-raba tubuhnya dan melakukan pekerjaan awal lagi, kulepas kaitan BH-nya, lalu kuangkat bersama kaosnya sehingga mata dan tanganku dapat menikmati buah dadanya secara langsung. Kulepas sesaat bibirku dari bibirnya, lalu kuhisap kedua putingnya secara bergantian, setelah itu kukecup bibirnya lagi, dan kami berciuman lagi.

Lidah dan bibir kami bersaing menyerang, bersama tanganku yang terus meraba-raba tubuhnya. Ternyata tangannya tak mau kalah, segera milikku didekap jemarinya dan dimainkan. Birahi kami pun terus bertambah, tanganku tampaknya sudah tak tahan. Secara bertahap kubuka ikat pinggangnya, tapi ia menolak halus dan bekata, "Jangan!" dengan ucapan lembut. Tampaknya gairahku tak dapat kutahan, kujawab, "Nggak apa-apa," lalu kukecup bibirnya dengan nafsu, ia pun mengimbangiku. Tanganku tetap membuka ikat pinggangnya, tanganya menolak dengan halus dan menghentikan sementara, tapi tak benar-benar menahan tanganku. Akhirnya ikat pinggangnya kulepas. Tangannya masih menahan halus, perlahan kubuka kancing celananya dan resletingnya kutarik perlahan sampai habis, lalu jemari tanganku menyusup ke dalam celananya, kurasakan bulunya yang lebat. Aahh, getaran birahiku, kuraba-raba bulu halusnya, ia menikmatinya.

Kulihat matanya dipejamkan perlahan, kurasakan hasratnya bergairah. Kuteruskan perjalanan jemariku, terus menyusup di dalam CD-nya, akhirnya sampai ke tonjolan sensitifnya yang tertutup bulu-bulu halus. Perlahan-lahan kuusap-usap, wajahnya terlihat lemas dan agak memucat seiring getaran nafasnya. Aku terhenti, lalu kubertanya kepadanya, "Kamu mau ML nggak?" tetapi ia menjawab ragu dengan isyarat seiring hasratnya. Lalu kupegang lengannya, dan kuajak ke kamar kakakku, sebab kamarnya ber-AC. Kunyalakan AC, dan ia bertanya, "Kulepas celana aja ya," lalu kuanggukan daguku. Ia pun duduk di samping tempat tidur, lalu kuhampiri, kupeluk tubuhnya dari samping, kuraba dadanya, kukecup bibirnya, bibir kami akhirnya saling menyerang. Perlahan kudorong tubuhnya dengan tubuhku, akhirnya tubuhnya terebah dan ku tindih tubuhnya. Langsung penisku menyerang vaginanya, tapi tak berhasil karena terlalu licin.

Dengan sadar ia lalu memegang penisku, kakinya mengangkang lebar, lalu penisku diiring masuk ke dalam vaginanya. Secara cepat penisku masuk bersama birahi, ah lembut dan halus vaginanya. Segera ia melepas dekapan jemari yang membimbing penisku. Perlahan-lahan kukeluar-masukkan penisku, ia pun perlahan menyebut, "Aah, Ndi.." dengan desahannya. Tampaknya birahinya lebih tinggi dariku, lalu ia menggoyangkan pinggulnya agar lubang vaginanya dapat gesekan yang cepat dari penisku. Sesaat kulihat ia menegang, lalu merarik pantatku agar penisku dapat masuk dengan dalam ke vaginanya. Lalu ia tegang sekali dan tak bergerak, wajahnya memerah, putingnya terlihat mengeras, dan kurasakan penisku tergigit lubangnya yang lembut. Sesaat aku dapat menggesekkan penisku lagi, keluar-masuk dan akhirnya aku tak sempat mengeluarkan penisku dari vaginanya. Ah, air maniku keluar dengan cepatnya di dalam vagina Reyne, aku tak dapat bergerak, yang kurasakan kenikmatan yang dasyat, Reyne pun hanya dapat mendesah sambil merasakan semburanku di dalam tubuhnya.

Lalu kami istirahat dan setelah beberapa lama kami berbicara seperti semula. Kurasakan kenikmatan yang berbeda dari tubuh wanita, dan membuatku tertarik terhadap tubuh wanita. Keesokannya aku bertemu dengan Reyne, kebetulan aku membawa mobil, lalu kami jalan-jalan. Di saat berhenti ia sempat merangkulku, lalu mengecup bibirku, aku agak malu takut terlihat umum, lalu kuajak ia ke tempat sepi di suatu halaman yang rumahnya kosong. Lumayan halamannya luas dan sepi dari orang-orang, lalu bibir kami berperang saling mengalahkan, kaitan branya kulepas, kuangkat kaosnya, sesaat kulihat bra dari bahan seperti kaos yang berwarna merah dengan kembang-kembang. Lalu kuangkat sehingga terlihat kedua puting di ujung buah dadanya, kuraba, kuremas, kumainkan putingnya, lalu kulepas bibir kami dan kuhisap putingnya bergantian.

Sesaat aku terhenti, dan kurasakan hasrat penisku, tapi kurasa tempatnya tidak memungkinkan. Lalu kubuka resletingku dan kukeluarkan milikku, sesaat kemudian ia pun melihat, lalu kutanya, "Bisa hisap ini?" ia menggeleng dan terdiam sesaat, beberapa lama kemudian akhirnya ia memberi jawaban yang berbeda. Perlahan tangannya mendekap penisku, perlahan wajahnya menghampiri, lalu bibirnya mendekat penisku, perlahan mulutnya terbuka dan menelan ujung penisku. Mulai kunikmati, perlahan mulutnya menelan penisku, lalu perlahan dikeluarkan sedikit dari mulutnya, terkadang penisku dihisap habis, lalu secara bertahap penisku dikeluar-masukkan dengan cepat. Ah, kulihat matanya terpejam dan wajahnya memperlihatkan ia menikmatinya. Beberapa waktu kemudian aku merasakan puncak, seiring aku berkata kepadanya, "Nanti kalo sempet kita ML ya, tapi kayaknya aku mau muncrat," perlahan penisku ditelan sedikit oleh mulutnya, lalu puncakku kurasakan. Air maniku menyembur di dalam mulutnya sampai habis, perlahan ia hisap dan telan penisku dan air maniku sampai habis, ah rasanya aku mulai menyukai caranya.

Kulihat ia agak lemas dan tegang, begitu juga aku, lalu aku bertanya, "Nyari tempat ML yuk!" lalu Reyne menjawab sambil mendekati penisku, "Boleh!" lalu ia membersihkan penisku dengan lidah dan mulutnya. Bibirnya menelan dan lidahnya menjilat lubang kencing di ujung penisku, ia telan semua cairan yang tersisa hingga penisku bersih, lalu ia usap dengan tissue supaya kering. Sesaat kami menutup badan ke keadaan semula, dan kami pergi dari tempat itu. Akhirnya kami menemukan tempat terdekat untuk ML, kami ke sana, keadaan mulai gelap, suasana memancing hasrat kami. Tanpa pemanasan kami sudah terangsang.
Kutanya, "Main nggak?"
"Mmm.. langsung yuk!" sahutnya.

Lalu ia melepaskan pakaiannya dan merebahkan kursi seiring badannya. Lalu kubuka celanaku dan bergeser ke arahnya, lalu kutindih tubuhnya yang samar-samar terlihat dan hanya dapat dirasakan kulitku. Awalnya kedua pahanya agak mengapit pahaku, lalu perlahan kakinya diangkat ke dashboard, ujung dengkulnya melebar sampai habis. Tangan kiriku memeluk pinggangnya yang ramping, tangan kananku menikmati dada kirinya, bibir dan lidahku bertahap menikmati dari pipi, kuping, leher, dagu dan akhirnya berperang melawan bibir dan lidahnya. Seiring dengan itu tangannya mendekap penisku dan perlahan memasukkan ke dalam vaginanya, ternyata ia sudah basah. Perlahan gerakanku, tetapi ia langsung bergoyang cepat, rupanya ia menyukai gerakan cepat, tentu saja aku harus adil, kukeluar-masukan milikku dengan cepat, terlihat ia menikmatinya.

Desahannya yang perlahan pun mulai mengencang dengan tegang seiring menyebut namaku. Akhirnya kami sampai puncak dan selesai dengan permainan ini. Tampaknya aku menyukai Reyne karena permainan dan pengalamannya yang tidak kudapatkan dari Veni.

Bersambung . . . . .

Memory bercinta - 3

Sampai suatu saat aku dan Veni menikah dan kami tinggal di rumah sendiri, pisah dari orang tua. Namun Veni memintaku supaya Indi dapat tinggal bersama dan aku menyanggupinya. Sikap Indi dan aku biasa saja karena kami sadari bahwa aku dan Veni sudah terikat. Hari demi hari berlalu dan ternyata perasaan aku dan Indi masih sama dan perasaan kami muncul lagi, entah mengapa kami mulai akrab seperti dulu. Suatu saat aku dan Indi hanya berdua di rumah, Veni melakukan aktivitasnya seperti biasa yaitu bekerja di kantor. Mungkin karena rasa jenuh aku memilih istirahat di rumah sebentar. Sesaat aku dan Indi berbincang lalu entah mengapa perasaan yang dulu muncul, lalu kami duduk berdampingan. Kami burdua menonton TV, tangan kami mulai bersentuhan dan rasa gairah ini muncul kembali, mungkin karena aktivitas sex aku dan Veni sudah tak berjalan sehingga kurasakan kebutuhanku. Terlintas dalam pikiranku, apa salahnya bila kudapatkan dari Indi karena aku membutuhkannya, kurasakan perbedaan bila belum menikah sex hanya untuk senang-senang tetapi berbeda bila sudah menikah karena sudah menjadi kebutuhan. Terpikir di benakku tak salah bersentuhan asal tak bersetubuh, mungkin efisien untuk melepaskan kebutuhanku.

Kami saling bergenggaman dan mengelus-elus dengan jemari, salah satu tanganku merangkul tubuhnya, ah kunikmati tubuhnya seakan birahiku tersalurkan. Tanpa kompromi penisku mengejang, muncul keinginan untuk bercumbu dengannya, selintas kuucapkan,
"Andai aku masih bisa merasakanmu Ndi!"
"Kenapa Mas, Mas Andi kenapa?" ucapnya dengan lembut sambil tangannya mengelus pipiku dan yang satunya mengelus-elus di dalam genggaman jemariku.
"Enggak, kamu suka pake celana pendek bikin Mas terangsang," dengan nada gerogi kuucapkan.
"Masa sih, emangnya kenapa Mas!" perlahan tangannya menaruh tanganku di atas pahanya yang mmhh..
"Kulit kamu lembut ya Ndi," sambil kuusap dan kuraba-raba seluruh pahanya.
"Mas suka!" sambil salah satu tangannya mengelus lenganku yang sedang menikmati pahanya.

Tanpa kusadari mataku mulai tertuju ke buah dadanya.
"Ndi dada kamu kayaknya tambah besar," ucapku dengan agak malu.
"Kan umurku nambah Mas, yang pasti udah ganti ukuran dong, memangnya kenapa Mas!" ucapnya dengan lembut.
"Eh, enggak, andai bisa..!" sambil tanganku mengelus pundak dan perlahan agak turun mendekati dadanya.
"Mas Andi!"
Tampaknya Indi mengerti ucapku, dan perlahan tanganya menghampiri tanganku dan mengajak ke dadanya sehingga kurasakan telapak tanganku menyentuh salah satu buahnya.

Tanpa berpikir panjang lebar kuraba-raba dadanya, kuremas dan aah rasanya aku memilikinya lagi. Salah satu tanganku tak mau ketinggalan, kuelus-elus selangkangannya lalu kuucapkan, "Makasih ya Ndi."
"Buat Mas.." sambil tangannya mengelus pipi dan juga tanganku di dadanya.
Perlahan kuhampiri wajahnya, lalu bibirku mendekati pipinya dan kucium, lalu ke lehernya dan dagu Indi terangkat tinggi, lalu kupingnya, lehernya kembali dan merambat ke bibirnya. Bibirnya kukecup, kemudian ia memberikan respon dan kami saling memberi bibir dan lidah, kami saling mengecup, menjilat, dan menghisap liur dari mulut kami. Tangan Indi kupegang dan kuajak ke arah penisku, rupanya Indi mengerti dan perlahan ia elus-elus penisku yang sudah mengeras, lalu ia mendekap dan memainkan dengan lembut. Mungkin sudah lama aku tidak bersetubuh dengan Veni karena kesibukan kami sehingga setiap bertemu kami lelah dan sungkan untuk berhubungan, dan mungkin aku mendapatkan sesuatu dari Indi yang tidak kudapatkan dari Veni.

Tanganku berpindah dari dada Veni ke arah kaitan BH-nya, dan yang satunya dari selangkangan perlahan mengangkat kaos depan Indi sehingga BH-nya dapat kulihat jelas bersama belahan dadanya yang lebih besar dari yang kurasakan dulu. Kuremas dadanya dengan tangan kiriku dan tangan kananku melepas kaitan BH-nya dan menyusup ke depan sehingga BH-nya terangkat dan selanjutnya kumainkan kedua putingnya. Tampaknya Indi suka, lalu tangan kiriku turun dan menyusup ke dalam celana Indi, kurasakan rambut kemaluannya dan perlahan menuju ke tonjolan sensitif milik Indi. Kusentuh dan kumainkan dengan jemariku, Indi pun mengeluarkan suara "Hhmm.." dengan nikmatnya di saat berciuman, matanya terpejam, tangannya terus mengelus-ngelus tubuhku. Kurasakan tangan Indi perlahan mengeluarkan penisku dari celah celanaku sehingga membusung keluar, dan mendekap dengan jemarinya lalu mengayunkan dengan lembut.

Lama-kelamaan kurasakan jariku basah dan selangkangan Indi licin, lalu kugesek-gesekkan jariku di tonjolan Indi, tangan kami saling memainkan dan merangsang milik kami yang sensitif. Setelah beberapa lama Indi berhenti dan berbisik "Mas, udah dulu, di kamar Indi yuk!" Lalu Indi berdiri dan menuju ke kamarnya sambil berkata, "Cepat ya, kutunggu." Lalu aku bergegas ke kamarku dan membawa pengaman ke kamar Indi, sesaat kusampai di depan pintu kamar Indi kulihat tiada sehelai benang pun di tubuhnya. Sesaat birahiku memuncak, kulihat tubuh yang lebih indah dari yang kulihat dulu, Indi sadar aku sampai di depan pintu dan ia menghampiriku lalu menarik tanganku dan mengajak ke dalam kamarnya.

Kemudian kami berpelukan dan berciuman sambil tangan kami meraba-raba dengan leluasa. Lalu kami duduk di pinggir tempat tidur Indi, dan kubuka bungkusan pengamanku, sesaat tangan Indi menghentikan tanganku yang ingin memakaikan pengaman di milikku. "Mas aku pengen nyoba," dengan tangannya yang menunjuk milikku lalu ke arah bibirnya. Perlahan kuanggukkan daguku, dan ia menyambutnya dengan wajahnya yang menghampiri milikku, wajahnya mendekat, mulutnya terbuka dan lalu menelan penisku. Ahh kurasakan lembut mulut dan lidahnya yang perlahan menelan penisku, lalu ia memainkan penisku dengan mulutnya sesaat lalu berkata, "Udah dulu ya, aku belum biasa, belum tau caranya." Lalu kami berciuman dan kami bermain seperti dulu (main di liang belakang) sampai kurasakan puncakku.

Lalu kucabut dan kukeluarkan penisku dari liang belakang Indi, lalu Indi bertanya, "Udah Mas?" dengan nada pelan dan halus. "Sebenarnya belum Ndi, soalnya bukan di tempatnya, tapi makasih ya!" ucapku. Lalu tangan Indi menghampiri milikku dan melepaskan sarung pengaman di penisku. Wajahnya menghampiri milikku sambil berkata, "Belum ya Mas?" lalu mulutnya terbuka dan menelan penisku sampai cairan yang ada ditelan habis oleh mulutnya lalu ia keringkan dengan kain yang ada di dekat kami, terlintas dibenakku kalau Indi cepat mengerti. "Mas pengen apa, kenapa belom puas?" ucapnya sambil jemarinya berayun-ayun memainkan penisku. "Aku pengen yang di tempatnya," sahutku sambil dengan perasaan tidak enak. "Yang ini ya Mas?" sambil menunjuk kemaluannya. "Aku belom pernah.. tapi kalo Mas bisa puas dan pengen aku kasih buat Mas.." dengan nada pelan dengan ajakan. Rasanya diri ini terangsang oleh ajakannya.

Perlahan wajahku menghampiri bibir vagina Indi yang basah, lalu kujilati dan kadang-kadang agak kumasukkan lidahku ke dalam liang vagina Indi sampai kurasakan selapur daranya. "Ouh.. ouh.. ahh.." sahut Indi dengan tegang yang bercampur gairah. Sampai akhirnya kuhampiri bibir vaginanya yang agak terbuka sempit dengan penisku yang terhunus. Kumasukkan penisku perlahan, awalnya agak sulit tapi kusabar dengan perlahan dan kurasakan lubang yang mengikuti ukuran penisku, kurasakan penisku agak tertahan dan perlahan melepaskan sesuatu yang lengket di liang Indi secara perlahan-lahan sampai kurasakan tertelan di dalam liang Indi. Seiring kumasukkan penisku Indi hanya dapat merintih dan mendesah dengan tegang merasakan penisku masuk yang melepaskan beberapa lengketan yang agak menahan penisku saat masuk.

Akhirnya penisku tertelan di dekapan tubuh Indi, Indi menegang dan akhirnya melemas seakan pasrah dan melayang tinggi dan mengucap dengan gemetar campur lemas, "Mas, ini kado buat Mas Andi," sambil tangannya mengelus-elus punggungku dengan lembut. Kurasakan kado yang istimewa dari Indi, membuat birahiku benar-benar dibuai. Kurasakan liang Indi yang lembut dan seakan mendekap penisku, lalu perlahan-lahan aku keluar-masukkan penisku di liangnya. "Ouh.. ahh.. ouh, Mas Andi.." hanya itu yang dapat Indi ucapkan dengan nada tegang dengan gairahnya yang merangsang. Akhirnya penisku bermain dengan cepat dan kami berdua benar-benar melayang jauh, beberapa lama kemudian kurasakan liang Indi mendekap dan kemudian kurasakan seakan penisku didekap erat seolah-olah digigit oleh liang vagina Indi.

Penisku seakan tak boleh bergerak sama sekali didekapan liang Indi, kedua tangan Indi memelukku dengan erat, kedua kakinya dari mengangkang menegang dan lurus seolah-olah ingin menari balet, lalu terucap di bibirnya dengan panjang, "Ouh.. Mas Andi.." Kurasakan genggaman Indi mulai melonggar, dan perlahan dapat kukeluar-masukkan penisku kembali, tampaknya Indi pasrah dan masih menikmati seolah membuatnya melayang tinggi. Perlahan setelah beberapa lama kurasakan dekapan liang Indi yang tidak erat, dan kurasakan puncakku, saat ingin kukeluarkan penisku tampaknya dekapannya kembali agak erat dan membuat aku enggan mengeluarkannya. Sesaat di dalam dekapan Indi kurasakan cairanku keluar menyembur di dalam tubuh Indi, dan Indi mendesah dan merintih campur nikmat, "Ouh.. ah.. Mas Andi.." sambil merasakan semburanku dan dekapan liang Indi semakin kuat bersama kedua dekapan tangannya.

Tanpa kusadari ternyata Veni istriku telah datang dan masuk ke rumah, perlahan Veni masuk ke kamar Indi. Saat itu tubuhku masih di atas tubuh Indi dengan penis yang masih tertancap di tubuhnya, perlahan aku dan Indi tersadar akan kedatangan Veni dan sesaat muka kami pun memucat. Pelan-pelan kuberdiri dari ranjang dan mencabut penisku, Veni mendekat dan sesaat salah satu tangannya melayang tepat ke pipiku "Plak!" bunyi suara yang terdengar. Suasana hening datang seketika di dalam kamar, perasaanku dan Indi mungkin sama, kami diam dengan wajah pucat dan penuh dengan rasa bersalah terhadap Veni. Aku terdiam dengan tubuh polos dan tertunduk, tanpa kusadari dan tak kuduga dengan cepat Veni memeluk tubuhku dan mendekapnya dengan erat. Sekilas kulihat Indi masih terdiam dengan tubuh polosnya yang masih menantang, wajahnya memucat dan terlihat tidak mengerti harus berbuat apa, yang ada hanya menunggu kejadian nanti.

Terdengar pelan bisikan Veni di kupingku, "Mas, kenapa begini, kenapa Mas!" dengan nada yang setengah menangis. Sesaat aku terdiam dan kemudian terucap dari bibirku, "Aku tak tahan, aku butuh," dengan nada bersalahku. "Mas Andi, maaf ya, ini juga karena aku," ucapnya dengan nada yang agar bersalah juga karena mungkin sebulan kami tidak berhubungan karena aktivitas. Kemudian Veni mengajakku keluar dari kamar Indi dan menuju kamar kami, sesaat kupalingkan wajahku ke arah Indi dan kuucapkan terima kasih tanpa suara sedikitpun dan Indi menjawab dengan agak tersenyum.

TAMAT

Memory bercinta - 2

Akhirnya hari esok pun tiba, di siang hari tepatnya di rumahku terkadang ada beberapa anak sekolah lewat, kebetulan sepupu istriku waktu itu sering lewat depan rumahku. Sebenarnya kami juga berpacaran, tapi karena aku dan Veni lebih dekat maka aku dan Indi jarang bertemu sebagai seorang pacar walau belum ada kata putus. Awalnya kami hanya menyapa, tapi beberapa hari pun lewat, akhirnya kami mulai mengobrol, dan mungkin karena ada perasaan suka di antara kami. Akhirnya ia pun sering mampir ke rumahku, dari hari ke hari sepulang sekolahnya. Akhirnya terungkap kalau memang masih ada perasaan suka di antara kami, akhirnya kami akrab dan terus akrab. Awalnya kami sengaja hanya berteman dan kami mengerti bila aku berpacaran dengan sepupunya, istriku sekarang. Tapi perasaan saling suka tak bisa kami bendung, rasanya kurang bila kami belum bertemu.

Kami pernah jarang bertemu, dan kemudian kami bertemu lagi, saat itu ia pulang sekolah bersama temannya, lalu ia berpisah dan mampir ke rumahku. Akhirnya kami mengobrol dan masuk ke dalam rumah supaya nyaman, dan kami berbincang di dalam. Entah mengapa rasa sukaku mulai bertambah, kulihat ia bersama sosoknya dari ujung rambut sampai kaki. Agaknya gejolakku mulai bertambah, kupegang tangannya, kubelai rambutnya, perlahan mataku mulai tertarik memandangi buah dadanya. Akhirnya kami mulai berbicara sambil berpandangan, kutatap matanya hidungnya, giginya yang putih dan rapi, bibirnya yang merah pucat, pinggangnya, betisnya, pokoknya semuanya. Sesaat dia sadar dengan tatapan mataku yang tertuju, dan ia menjadi salah tingkah. Perlahan kami duduk sangat dekat, sampai aku dapat merangkul dan memeluk tubuhnya dari samping dan belakang, tampaknya ia menyukainya.

Perlahan hasratku memuncak, terasa hasratku untuk menjamahnya, dan tampaknya suasana dan kondisi sangat memungkinkan. Pertama, kudekap dan kurangkul tubuhnya, kucium pipinya, kurasa ia memberi lampu hijau kepadaku. Rasanya tubuhnya sudah kumiliki, perlahan kudekap pinggangnya, tanganku satunya mengusap wajahnya yang manis, lalu ke pipi, kuping lalu turun perlahan ke leher pundak, lalu ke pinggang sambil sengaja kulewati buah dadanya dengan sentuhan telapak tanganku. Sesaat kulepas pelukanku, lalu badanku ke depan, aku pura-pura melihat-lihat dan memegang sesuatu di meja, lalu kusenderkan lagi badanku ke kursi seiring sikuku yang seolah-olah tidak sengaja untuk menyentuh buah dadanya. Akhirnya sikuku menyentuh dadanya dan ia agak kaget bercampur aduk, kurasakan empuk di sikuku. Dengan pura-pura aku meminta maaf karena aku tak sengaja, lalu kurangkul kembali tubuhnya.

Kurasakan getaran di jiwaku, perlahan kucium pipinnya, kupingnya, lehernya, dagunya dan akhirnya kutuju bibirnya, sesaat dia kaget karena kukecup bibirnya. Lalu ia menghindar dari bibirku sesaat sambil berkata "Mas!" lalu dia terdiam dengan beribu benak di pikirannya. Lalu perlahan kuhampiri wajahnya kembali, dan kukecup bibirnya. Perlahan ia menolak, menghindar dengan wajah bingung. Lalu tanganku ke dagunya dan kutahan, perlahan bibirku mulai dapat menikmati bibirnya karena ia mulai tidak menolak. Perlahan kurasakan bibirnya, lidahnya, dan akhinya kunikmati. Awalnya ia terdiam dan pasrah, beberapa saat kemudian tangannya mulai memegang dan megelus lengan dan tubuhku, lalu bibir dan lidah kami saling bersaing seiring berebutan air liur. Tanganku tak bisa diam rupanya, kuelus-elus pinggangnya, perut, lalu kuraba dadanya.

Perlahan tangannya memegang tanganku di dadanya dan bibirnya perlahan ia lepaskan bersama tanganku.
Lalu ia berkata, "Mas..!" dengan wajah yang campur aduk.
Sahutku, "Ada, apa?"
"Jangan dulu Mas!" jawabnya.
Lalu kujawab kembali, "Jangan takut!"
Lalu kuhampiri lagi bibir dan dadanya, tampaknya ia agak menolak dan secara perlahan dan akhirnya ia malah menikmatinya.

Akhirnya hubungan kami bertahap dari hari ke hari, akhirnya kumulai mendapatkannya dari meraba dadanya, meremasnya, melihatnya secara langsung, dan menghisap kedua buah dadanya. Aku selalu menikmati dadanya dan hampir setiap saat rumahku kosong saat bersamanya, hampir tak pernah buah dada dan putingnya tertutup, karena selalu kujamah. Pernah di saat aku menikmati tubuh atasnya yang polos, di saat itu ia hanya mengenakan CD dan roknya, tepatnya di dalam kamarku. Kami hanya dapat bercumbu di kamar, karena saat itu di rumahku ada pembantuku yang baru. Kurasakan birahiku memuncak saat aku menindih tubuhnya di tempat tidur, tanganku tak kuasa dan akhirnya mengangkat roknya dan perlahan mencari celah dan menyusup di CD-nya. Dengan cepat ia menahan tanganku, sambil berkata, "Jangan yang ini, aku masih perawan," dan kujawab, "Nggak Say, aku nggak masuk kok, cuma di luar, janji deh."

Perlahan ia lepas tangannya. Jemariku akhirnya leluasa mengelus-elus bulu dan belahannya, sampai kurasakan belahannya licin dan jariku basah. Akhirnya birahi kami terus bertambah, perlahan kulepas CD-nya. Dengan cepat tangannya menahan tanganku kembali dan dengan lemas ia berkata, "jangan aku masih mau perawan, jangan Mas!"
Dengan perlahan kujawab, "Aku cuma mau liat tubuhmu langsung, aku nggak bakal masukin deh, itu kamu tetep utuh, aku janji deh!"
Perlahan ia pasrah dan menjawab, "Aku udah ngasih banyak, emang belom cukup?"
Ucapku, "Aku rasa belom, aku janji nggak ngerobek selaput kamu, tapi bolehkan kubuka semuanya."
Ia pun menjawab, "Gimana ya, boleh .. asal kamu janji."

Lalu perlahan kubuka CD dan roknya. Mataku perlahan menerawangi tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, kulihat rambut, wajah, leher, pundak, dada, perut, pinggang, bulunya, paha, dengkul sampai ke ujung kaki. Tampaknya tubuhnya memang mulus dan lebih dari yang dimiliki Veni.
"Ndi, badan kamu bagus ya," ucapku pelan.
"Masa! Makasih ya," ucapnya dengan tegang dan lemas.
Kutatap matanya, tanganku tak ketinggalan kuusap-usap tubuhnya kemudian kami berciuman. Tampaknya ia terbawa, kunikmati bibirnya, kupingnya, lehernya, pundaknya, dada dan putingnya, perutnya akhirnya kulewati bulu hitamnya dan kucium kedua pahanya yang putih lalu belahan di selangkangannya.

Perlahan Indi menegang, dagunya terangkat dan kemudian dadanya terangkat seakan kedua payudaranya membusung memamerkan diri, kurasakan Indi menikmati sentuhan bibirku. Kemudian bibirku menciumi belahan Indi, kurasakan ia menggeliat-geliat dan kedua tangannya mengelus dan membuai rambutku. Kedua tanganku memegang dengkulnya dan perlahan membuat kedua kakinya mengangkang lebar sehingga belahannya agak terbuka. Detil demi detil kulihat bagian di belahan tubuh Indi, lalu kuhampiri tonjolan yang ada di ujung belahan Indi, kurasakan perbedaan dari beberapa cewek yang kusentuh, tampaknya Indi memiliki tonjolan dan sama seperti Reyne tetapi berbeda dengan Veni yang tidak memiliki tonjolan.

Kucium, kukecup, lalu lidahku perlahan keluar dan menyentuh tonjolan itu, kudengar Indi mendesah dengan kaget. Setelah itu lidahku mulai bermain dan Indi menegang dan mendesah dengan tegang, kujilati tonjolan itu sampai basah. Lidahku bermain terus lalu turun ke arah bibir vagina Indi, dengan desahan yang tegang Indi berkata, "Mas Andi, ahh!" Lidahku menjilati bibir vaginanya dan perlahan kucoba masuk ke liang vaginanya yang masih agak sempit dan kurasakan selaput dara Indi, ah.. kunikmati keutuhan selaput daranya. Desahan dan ketegangan Indi serta belaian tangannya terus membuat nafsuku bertambah, rasanya keinginanku bertambah, kurasakan gejolak ingin menyetubuhi dan merasakan liang vaginanya. Kurasakan hasratku tak tertahan lagi.

Perlahan badanku kusejajarkan dengan tubuh Indi, bibir dan lidahku mulai naik dari liang vagina, tonjolannya, bulunya, perut dan pusarnya, belahan payudaranya, lehernya, lalu ke kupingnya dan perlahan kucium dan kumasukkan ujung lidahku ke lubang telinga Indi dan kurasakan ia menegang kaku dan tidak dapat bergerak. Kurasakan kedua kaki Indi mengapit kedua kakiku dan kedua tangannya yang lembut mengelu-elus punggungku. Ah, kurasakan sentuhan Indi membuatku jadi nafsu. Ingin aku menyetubuhinya, pelan-pelan kugesek-gesekkan milikku dengan belahan Indi sehingga kurasakan cairan membuat basah milikku dan kurasakan licin dan lembut waktu kugesek-gesekkan milikku di belahannya. Perlahan kubuat kembali kakinya mengangkang dengan kedua pahaku, sehingga kurasakan kelembutan belahannya dan kurasakan bulu-bulu kami basah kuyup. Mungkin karena kulihat Indi menikmati percintaan ini maka tanpa berpikir lagi kuikuti nafsuku dan aku bertanya, "Ndi, masuk ya?" lalu Indi terlihat ragu dan bingung, namun karena gairah kami yang memanas ia hanya dapat menunggu untuk menikmati kelanjutan percintaan.

Ia memasrahkan dirinya kepadaku, terlihat ia tidak bisa berpikir dan hanya terus melayang jauh menikmati semuanya, sesaat ia berkata, "Mas Andi!" sambil bergeliat dan merasakan gairah serta rangsangan di seluruh tubuhnya. Aku masih bingung, lalu kedua tanganku menghampiri pantatnya, kudekap, kuremas, lalu kugesekan kembali milikku di belahannya sambil perlahan kugelitiki lubang anusnya dengan ujung jariku. Sedikit demi sedikit cairan dari daerah vagina Indi kualiri ke lubang anus Indi sehingga terasa licin dan jariku dapat masuk ke anusnya. Akhirnya jemariku dapat keluar masuk dengan mudah di anusnya yang licin, terlihat Indi menikmatinya dan desahan yang tegang ia keluarkan dengan suara yang menggairahkan. Perlahan penisku terhunus dan siap menembus bibir vaginanya yang lembut. "Ndi, masuk ya?" ucapku dengan bergetar. "Terserah Mas!" ucapnya tanpa bisa berpikir karena dikuasai nafsu dan rangsangan sehingga ia terbawa melayang dan pasrah menikmati kejadian ini.

Perlahan penisku yang terhunus mendekati bibir vagina Indi dan perlahan kurasakan lembut bibir vaginanya, perlahan ujung penisku mencoba masuk dan kurasakan agak tertahan, kulihat Indi mengemut bibir bawahnya dan dagunya terangkat tinggi sambil terlihat menahan nafas. Ah, kurasakan lembut di ujung penisku. Sesaat aku tersadar akan janjiku, namun birahi ini tak tertahan. Lalu, "Ndi, yang belakang boleh ya?" sahutku karena tak dapat menahan keinginan milikku yang ingin merasakan dagingnya. "Mas Andi!" dengan nada pasrah ia jawab keinginanku.

Lalu perlahan ia tengkurapkan tubuhnya dengan iringan tanganku, kulihat rambutnya terurai menutup wajahnya. Kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi lehernya, pundaknya, kupingnya sambil tanganku meremas-remas dan memainkan buah dadanya yang terhimpit tubuhnya. Kemudian kududuk di bawah pantat Indi yang berbentuk gunung, lalu kubuka pantat Indi sehingga belahan yang menutup anus Indi terbuka dan anusnya agak terlihat lubangnya. Penisku yang terhunus perlahan mencoba masuk ke liang anus Indi, tetapi awalnya sulit masuk walaupun sudah licin, dengan sabar kucoba dan beberapa lama kemudian kurasakan anus yang agak rapat perlahan-lahan dapat terbuka seiring ukuran penisku. "Mas Andi, ahh!" sahut Indi seiring penisku yang masuk ke dalam anusnya. Akhirnya kurasakan tubuh Indi, perlahan kukeluar-masukkan penisku di anusnya.

Kurasakan empuknya pantat Indi, lembutnya tubuhnya, seluk beluk tubuhnya yang membuat birahiku tertuang, perlahan dan perlahan dan akhirnya penisku mudah keluar-masuk di anus Indi. Desahan demi desahan Indi keluarkan dan membuat nafsuku tertuang, akhirnya kusetubuhi tubuh Indi, kurasakan lembutnya kedua paha dalam belakang Indi di depan kedua pahaku. Bokongnya terangkat seolah meminta sentuhan dari penisku, tidak lama aku bermain di lubang belakang Indi sampai kurasakan semua tubuhku menegang dan kulepaskan air maniku di dalam tubuhnya. Indi menegang dan tubuhnya terdiam lemas sambil mengeluarkan rintih dan desahan karena merasakan air maniku yang menyembur di dalam tubuhnya.

Beberapa hari kemudian kami melakukan lagi, mungkin karena tempatnya yang tidak sesuai maka setiap masuk lubang belakang aku selalu menggunakan pengaman, meski begitu kami menikmatinya dan mungkin karena selaputnya terus kami pertahankan. Setelah beberapa wanita kutiduri akhirnya akumulai ketagihan dan banyak setiap wanita yang kukenal akhirnya akrab sampai ke ranjang dan setiap melakukan kuabadikan dengan handycam-ku, untungnya mereka semua tidak mengetahui hal ini. Kurasakan kelemahanku dan kurasakan perbedaan kenikmatan, kelembutan dan kepuasan yang kudapat dari masing-masing tubuh wanita. Untunglah setiap wanita yang kusentuh tidak ada yang hamil.

Bersambung . . . . .

Nasi kuning - 1

Halo para pembaca Rumah Seks yang lagi tegang nih! Aku akan menceritakan pengalaman sex-ku yang penuh dengan kenikmatan yang tiada tara! Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Asep (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat yang ideal. Aku tergolong cowok yang cakep dan banyak sekali yang naksir aku, tapi yah.. gimana ya! aku punya batang kemaluan yang cukup besar untuk bisa membuat cewek lemas dan tidak tahan untuk beberapa kali orgasme. Kepala batang kemaluan yang besar dan ditumbuhi rambut yang cukup rapi, rata dan tidak gondrong karena nanti bisa mengganggu cewek untuk "karaoke". Aku mempunyai daya sex yang besar sekali. Aku bisa melakukan onani sampai 3 - 4 kali. Hobiku nonton BF, sehingga aku cukup mahir dalam gaya-gaya yang bisa buat cewek kelaparan sex. Setelah nonton BF aku tidak lupa untuk onani.

Cerita sex ini berawal dari membeli nasi kuning di pagi hari. Seperti biasa tiap pagi hari perut tidak bisa diajak kompromi untuk berunding tentang masalah makan, langsung saja setelah merapikan diri (belum mandi nih) langsung mencari makanan untuk mengganjal perut yang "ngomel" ini. Setelah beberapa lama putar-putar dengan motor, aku ketemu dengan seorang cewek yang menjual nasi kuning yang laris sekali. Setelah kuparkir di samping tempat jualannya itu, lalu aku ngantri untuk mendapat giliran nasi kuning. Aku kagum sekali dengan yang jual nasi kuning ini. Kuketahui namanya Naning, kira-kira umurnya 25 tahun dan dia memiliki wajah yang natural sekali dan cantik, apalagi dia kelihatan baru mandi kelihatan dari rambut yang belum kering penuh. Dia tingginya 165 cm dan berat yang ideal (langsing dan seksi) dengan rambut yang pendek sebahu. Dia memiliki susu yang cukupan (34), cukup bisa untuk dikulum dan dijilat kok!

Waktu itu Naning memakai kaos oblong yang agak longgar dan celana batik komprang. Aku mengambil posisi di sampingnya, tepatnya di tempat pengambilan bungkus nasi kuning yang letaknya agak ke bawah. Dari posisi itu aku dengan leluasa melihat bentuk susu Naning yang dibungkus kaos dan BH, walaupun tidak begitu besar aku suka sekali dengan susunya yang masih tegak dan padat berisi. Sesekali aku membayangkan kalau memegang susu Naning dari belakang dan meremas-remas serta sesekali memelintir-lintir puting susunya dengan erangan nafsu yang binal, woow, asik tenan dan ee.. batang kemaluanku kok jadi tegang! Saat Naning mengambil bungkusan nasi kuning di depanku, aku bisa melihat dengan jelas susu Naning yang terbungkus BH, putih, mulus dan tegak, nek! Aku semakin menegakkan posisi berdiriku untuk lebih bisa leluasa melihat susu Naning yang mulus itu. Weoe.. ini baru susu perawan yang kucari, padet dan putih serta masih tegak lagi.. Ya.. andaikan..! kata hati berharap besar untuk mencoba vagina dan susu untuk dijilati, pasti dia suka dan menggeliat deh.

Setelah beberapa menit kemudian, pembeli sudah tidak ada lagi tinggal aku sebagai pembeli yang terakhir. "Mau beli nasi kuning, Mas?" sapanya mengambil bungkus nasi di depanku, aku tidak langsung jawab karena asik sekali melihat susu Naning menggelantung itu. "E.. Mas jadi beli nggak sih.." Sapa Naning agak ketus. "Oh.. ya Mbak, satu saja ya.. sambel tambah deh.." sambil gelagapan kubalas sapaan Naning. Aku yakin tadi si Naning mengetahui tingkah lakuku yang memandangi terus dadanya yang aduhai itu, oleh karena itu aku sengaja tanya-tanya apa saja yang bisa buat dia lupa dengan kejadian yang tadi. Dari hasil pembicaraan itu kami saling mengenal satu sama yang lain walaupun sebatas nama dan sekitarnya. Naning ini anak kedua dari tiga bersaudara, dia tidak kuliah lagi karena tuntutan orangtuanya untuk membantu berjualan nasi kuning saja. Aku berniat untuk membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, karena aku tahu bahwa aku adalah pembeli terakhir dan nasi kuning sudah habis terjual.

"E.. boleh nggak kalau Asep bantuin beres-beres barangnya?" rayuku.
"Jangan! ngerepoten saja," sambil malu-malu Naning berkata.
"Nggak kok, boleh ya.." rayuku.
Sampai beberapa menit aku merayu agar bisa membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, akhirnya aku bisa juga. Memang sih, barang-barang untuk jualan nasi kuning tidak begitu banyak, jadi hanya perlu satu kali jalan saja. Aku membawa barang yang berat dan Naning yang ringan. Setelah sesampai di rumahnya, "Mas, diletakkan di atas meja saja, sebentar ya.. aku ke kamar mandi sebentar, kalau mau makan nasi kuningnya ambil sendok di dapur sendiri ya.." kata Naning dengan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Setelah beberapa menit aku duduk-duduk dan mengamati rumahnya, aku terasa lapar sekali dan berniat untuk mengambil sendok di dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar mandi Naning. Sesampainya di dapur, terdengar Naning suara pintu dari kamar mandi, eh ternyata Naning barusan saja masuk ke kamar mandi dan kesempatan ini aku tidak sia-siakan saja.

Aku berjalan pelan-pelan ke depan pintu kamar mandi itu dan jongkok di depan lubang pintu kamar mandi sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam sana walaupun memang agak sempit sih. Wow.. wow.. aku melihat Naning yang masih berpakaian lengkap dan mulai dia meletakkan handuknya di tempat samping pintu kamar mandi, lalu pelan-pelan dia melepas kaos longgarnya dan terlihatlah susunya yang putih bersih tanpa cacat yang masih terbungkus dengan BH. Dan perlahan-lahan dia melepaskan tali pengikat celana batik yang dipakainya dan menurunkan pelan-pelan dan ah.. terlihat pinggul yang oke sekali putih, dan paha dan betis yang ideal tenan dengan memakai CD yang tengah bawahnya menggelembung seperti bakpaw. Itu pasti vaginanya. Ah.. ayo cepetan buka dong, hati yang tidak sabaran ingin tau sekali isi CD itu. Dan akhirnya dia melepaskan ikatan BH dan.. berbandullah susu Naning yang merangsang batang kemaluanku untuk tegang (puting yang coklat kemerahan yang cukup besar untuk dipelintir deh.. ah) dan sialnya, Naning meletakkan BH-nya pas di lubang pintu sehingga pandanganku terhalang dengan BH Naning. Ya.. asem tenan, masak susunya udah ditutup, aku kecewa sekali dan aku kembali duduk di teras sambil makan nasi kuning sambil menutup pintu depan rumah Naning.

Dan beberapa menit kemudian, Naning keluar dari kamar mandi, Ee.. dia pakai handuk yang dililitkan ke badannya. Handuk yang amat-amat mini sekali deh, panjangnya di dekat pangkal paha, oh.. indah sekali. Dia hanya pakai BH dan CD di dalam handuk, karena terlihat di pantatnya yang padat itu terawah CD-nya dan tali BH yang ada di bahunya.
"Ee.. Mas Asep kenapa kok bengong?"
"Oo.. e.. o.. tidak.. kok ini pedas," sambil melanjutkan makannya.
"Ya.. ambil saja minum di belakang, aku mau ganti dulu," saut Naning sambil melangkah ke kamarnya yang letaknya di sampingku dan dia menutupnya tidak penuh.

Dua menit kemudian,
"Mas Asep bisa bantuin Naning ambilin bedak di kamar mandi, nggak?"
"Ya.. sebentar!" aku langsung menuju ke kamar mandi dan mengambil bedak yang dia maksudkan.
"Ini bedaknya," aku masih di luar pintu kamar Naning.
"Masuk saja Mas tidak dikunci kok," saut Naning.
Setelah aku membuka pintu dan masuk ke kamar Naning, terlihat Naning sedang di depan seperti sambil duduk dan dia tetap pakai handuk yang dia pakai tadi sambil menyisir rambut basahnya itu, sambil mendekat.
"Ini Mbak bedaknya," sambil menyodorkan bedak ke arah Naning.
"E.. bisa minta bantuan nggak!" sambil membalikkan muka ke arahku.
"Apa tuh.."
"Bantuin aku untuk meratakan bedak di punggungku dong, aku kan tidak bisa meratakan sendiri," kata Naning menerangkan permintaannya.
"Apa? meratakan ke tubuh Mbak, apa tidak.." basa basiku.
Sebelum kata itu berakhir,
"Takut ketahuan ortuku ya.. atau orang lain, ortu lagi pergi dan kalau malu ya tutup saja pintu itu," kata Naning.

Aku melangkah ke arah pintu kamar Naning dan menutup pintu itu dan tidak lupa aku menguncinya, setelah itu aku balik ke arah Mbak Naning dan woow.. wowo.. wow.. woow.. dia sudah terkurap di atas ranjang dengan handuk yang tidak dililitkan lagi, hanya sebagai penutup bagian tubuh belakang saja. Dan aku menuju pinggir ranjang di samping Naning. "Udah, mulai meratakan saja, e.. yang rata lho..!" sambil menoleh ke belakang dan mengangkat kepalanya ke atas bantal. Aku mulai dari punggung atas mulus Naning, aku taburkan dulu bedak di sekeliling punggung atas Naning dan meratakan dengan tanganku. Ayy.. mulus sekali ini punggung, batang kemaluanku mulai tegang tapi aku tahan jangan sampai ketahuan deh. Meratakan dari atas punggung, ke samping kiri dan kanan, aku sengaja sambil mengelus-elus lembut, punggung Naning dan terdengar sayup-sayup nafas Naning yang panjang. Aku mulai menurunkan tanganku untuk meratakan ke bagian punggung bagian tengah yang masih tertutup oleh handuk. "Mas Asep, kalau handuknya menghalangi ya.. di lepas saja," kata Naning sambil metutup matanya. "Ya.. boleh," hati berdebar ingin tahu apa yang ada di dalam sana.

Aku mulai menyingkap handuk dan ah.. wowowo terlihatlah punggung Naning dan pantat yang tegak putih terlihat bebas, batang kemaluanku tambah tegang saja melihat pemandangan yang begitu indahnya, kulit Naning memang sangat mulus tanpa cacat sama sekali. Aku mulai menaburkan bedak di atas punggung Naning sampai di atas pantat Naning yang masih tertutup oleh CD, setelah menaburkan bedak aku mulai meratakan dengan kedua tanganku ini. Ah.. aku juga bisa menikmati tubuh Naning yang belakang dengan meraba-raba dan mengelus-elus dengan lembut, aku sengaja tidak membuka kaitan BH-nya ya.. biar dia yang minta saja dibukakan. Sambil menyenggol-nyenggol kaitan BH Naning agar Naning merasa aku kehalangan dengan kaitan BH-nya itu dan.. "Mas, kaitan BH-nya dicopot saja biar bisa meratakan bedak dengan leluasa," kata Naning yang masih menutupkan matanya, mungkin agar bisa menikmati rabaan dan elusan tanganku ini.

Setelah kaitan BH aku buka dan BHnya masih tidak terlepas dari kedua tangan Naning (hanya kaitan BH yang lepas) terlihat olehku tonjolan susu Naning dari pinggir badannya yang mulus itu. Aku pelan-pelan melanjutkan meratan bedak lagi dan sedikit-sedikit turun ke samping badan Naning yang dekat dengan tonjolan susu Naning itu, dengan pelan-pelan aku meraba-raba dengan alasan meratakan bedak. Oh.. kental dan empuk, man! Saat itu juga Naning menarik nafas panjang dan "Sesstsst eh.." sambil menggigit bibir bawahnya. Aku tahu kalau ia sudah terangsang dan aku teruskan untuk meraba dan meremas sedikit tonjolan susu Naning yang ada di samping badannya itu walaupun puting susunya belum kelihatan, nafas dan erangan lembut masih terdengar walaupun Naning berusaha menyembunyikannya dariku. Aku tidak mau cepat-cepat. Aku melanjutkan meratakan di pinggang Naning, saat aku mengelus-elus di bagian kedua pinggangnya dia mengerang agak keras, "Ssts seestt.. ah.. geli Mas jangan di situ ah.. geli yang lain saja," kata Naning sambil menutup mata dan menggigit bibir bawahnya yang seksi itu.

Aku mulai menaburkan bedak ke kedua kaki Naning sampai telapak kakinya juga aku beri bedak, selangkangan Naning masih tertutup rapat otomatis aku tidak bisa melihat ke bagian tonjolan vagina yang masih tertutup oleh CD itu. Aku harus bisa bagaimana cara untuk membuka selangkangan ini biar tidak kelihatan, aku sengaja ingin mencicipi vagina Naning, akalku terus berputar. Aku mulai meratakan dari pangkal paha Naning, aku mengelus-elus dari atas dan ke bawah berulang kali sambil sedikit-sedikit berusaha melebarkan selangkangan Naning yang masih rapat itu dan lama-lama berhasil juga aku melebarkan selangkangan Naning dan terlihatlah CD Naning yang sudah basah di bagian vaginanya dan Naning sudah mulai terangsang berat, terlihat dari erangan yang makin lama makin keras saja. Aku mulai mengelus-elus di bagian paha atas yang dekat dengan pantat Naning masih terbungkus rapi CD-nya. Pelan-pelan aku menyentuhkan ibu jariku di bagian yang basah di CD Naning sambil pura-pura meratakan bedak di bagian dekat pangkal paha. Tersentuh olehku bagian basah CD Naning dan.. "Ah.. sstt stt.. ah.. eh.. sestt.." Naning makin menggigit bibir bawah dan mengangkat pantatnya sedikit ke atas tapi dia diam saja tidak melarangku untuk melakukan itu semua.

Aku mulai memberanikan diri dan sekarang aku tidak segan-segan dengan sengaja memegang CD yang basah itu dengan ibu jariku. Aku terus memutar-mutarkan ibu jariku di permukaan vagina Naning yang masih tertutup oleh CD-nya itu, aku tekan dan putar dan gesek-gesek dan makin lama makin cepat gesekan dan tekanan ibu jariku ini. "Ah.. oh ye.. sstt ah.. terus.. jang.. an berhenti Sep.. oh.. ye.." Naning mulai terangsang berat dan tidak segan-segan mengeluarkan erangan yang keras. "Ya.. tekan yang keras.. Sep.. oh.. ye.. buka.. CD-nya Sep.. please.." permintaan Naning yang masih menutup matanya, sengaja aku tidak mau membuka CD-nya biar dia tersiksa dengan rabaan dan elusan nikmat ibu jari di permukaan vaginanya yang masih tertutup oleh CD-nya itu. "Ah.. Sep.. aku.. oh.." Naning menggeliat dan pantatnya naik-turun tidak beraturan ke kanan dan ke kiri dan aku mengerti kalau ini tanda ia mau orgasme pertama kalinya dan sengaja aku berhenti dan.. "Mbak Naning sekarang berbalik deh.." aku memotong orgasmenya dan dia berhenti menggeliat dan orgasmenya tertunda dengan perkataanku tadi dan sekarang dia berbalik, terlihat wajahnya mencerminkan kekecewaan yang sangat dalam atas tertundanya kenikmatan orgasme yang pertama kali untuk dia.

Bersambung .. . . . .

Nasi kuning - 2

Setelah badan Naning dibalikkan terlihat susu Naning yang putih itu walaupun masih tertutup secara tidak sempurna oleh BH yang kaitannya sudah terlepas. Belahan susu Naning terlihat sebagian permukaan susu terlihat tapi putingnya masih tersembunyi di BH. Dan CD yang sudah amat basah dan selangkangan Naning sudah dilebarkannya sendiri sehingga bisa melihat CD yang amat basah itu. Aku mulai menaburkan bedak di atas tubuh Naning tapi sedikit sekali. Aku mulai meraba di bagian leher Naning dengan masih menggigit bibir bawahnya dan mata tertutup rapat dan perlahan-lahan turun di dekat bongkahan dada yang aduhai itu dengan sedikit menyenggol-nyenggol BH-nya dan ternyata dia mengerti maksudku dan.. "Sep, lepas saja semua apa yang ada di tubuhku please, cepet Sep!" kata Naning yang masih menutup mata yang tidak sabaran untuk bercinta denganku karena sudah terangsang berat sekali, apalagi tertundanya orgasme pertamanya.

Lalu aku pelan-pelan masukkan jari-jariku ke BH Naning, dia semakin mengerang keenakan, "Ssstss ah.. ye.. teruss.." kepal Naning ke kanan dan ke kiri apalagi ketika aku memegang puting susunya dan aku segera membuka BH Naning yang dari tadi tidak tahan rasanya aku mau lihat susu mulus Naning. Tuing.. tuing.. susu Naning kelihatan jelas di depan wajahku, pelan-pelan aku mulai meraba sekeliling permukaan dada Naning. "Ah.. ya.. Sep.. tengahnya Sep.. Sep.. ya.. oh.. te.. rus.." Naning memohon sambil menggigit bibir bawah Naning, aku langsung menjilat ujung puting Naning dengan ujung lidahku dengan sangat pelan-pelan sekali. "Ah.. scrut.." aku mencoba rasa puting Naning, aku putar-putar ujung lidahku di atas puting Naning dan di belahan susunya, dia menggeliat sambil mengangkat menurunkan dadanya sehingga menempel penuh di wajahku. Kuremas dan tekan susu Naning dengan kedua tanganku, lalu aku pelan-pelan turun ke pusar dengan tetap ujung lidahku bermain di atas perut Naning. "Ah.. sstt ah.. oh.. ye.. terus Sep.. ke bawah i.. ya.." aku rasa Naning sudah tidak sabar lagi, tangan Naning mulai memegang batang kemaluanku yang masih di dalam celana, dia meremas-remas dan mengelus-elus.

Tangan kananku meraba CD Naning dan aku berusaha membuka CD-nya dan Naning membantuku dengan mengangkat pantatnya dan wow.. wow.. vaginanya basah sekali akibat rangsanganku tadi. Vagina Naning dengan bibir yang tipis dan di pinggir vagina tidak ada rambut tapi di atas vaginanya tumbuh rambut yang tipis rapi dengan bentuk segitiga yang pernah kulihat di BF. Aku langsung memainkan klitoris vagina Naning dengan ibu jariku. "Ah.. oh.. ya.. sstt terus.. cepat dong.. oh.. ya.." sambil mengangkat pantat dan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.Aku mulai memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginanya, dan aku terus mengocok lubang itu dengan pelan-pelan dan lama kelamaan kocokanku percepat dan tangan satunya memperlebar bibir vagina Naning dan lidahku memainkan k;itorisnya.

"Ah.. ya.. ye.. terus.. jangan.. ber.. henti.. da.. lam.." katanya sambil patah-patah, dan 3 menit kemudian gerakannya semakin liar mengangkat pantat dan meremas keras-keras batang kemaluanku, aku mempercepat kocokan jariku di vaginanya. "Ah.. Sep.. aku.. tidak ta.. han.. ce.. petin.. ah.. sstt.. a.. ku kelu.." dia mengejang, beberaoa detik lamanya dan.. "Cur.. cur.." keluarlah cairan kental putih kenikmatan dari vagina Naning dan dia lemas di ranjang akibat orgasme yang hebat. Aku lalu menarik jariku dari dalam lubang vagina Naning dan menempel cairan kental itu, aku lalu berdiri di samping ranjang dan melepas seluruh pakaianku kecuali CD-ku. Sambil berdiri di samping ranjang Naning, aku melihat batang kemaluanku sudah berdiri dan sedikit-sedikit aku mengocok-ngocok batang kemaluanku dari luar CD agar tetap dalam keadaan ready. Lalu aku duduk di samping Naning yang masih tergeletak lemas dengan meremas-remas susunya dan melintir-lintir putingnya agar dia terangsang lagi dan tangan satunya mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku.

"Mbak Naning hebat deh.." sambil membisikkan dekat di telinganya.
"Ah.. nggak.. kocokan kamu yang membuat aku terbang," Naning terbangun dari kelemasannya.
"Itu masih tanganku, gimana kalau batang kemaluanku yang mengaduk-aduk vagina Mbak?" sautku sambil tetap melintir-lintir puting susu Naning.
"Sstt ah.. boleh.. cepet ya.. aku tidak tahan nih.. ah.. ye," kata Naning sambil menahan rangsangan pelintiran puting dari tanganku.
Lalu aku melebarkan selakanganku di depan Naning dan pelan-pelan Naning mengelus-elus dan mengocok dari luar CD dan dia tidak sabaran langsung dicopot CD-ku dan tuing.. tuing.. batang kemaluanku "ngeper" dan berdiri tegak di depan muka Naning.
"Wow.. batang kemaluan kamu besar sekali.. kamu rawat ya.." kata Naning sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku.
"Iya.. Mbak biar tetap ready untuk Mbak Naning," kataku sambil tetap melintir puting susu Naning yang menggelantung karena dia dalam posisi nungging.

Naning langsung memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, dia kulum batang kemaluanku dan jilati sampai rata, "Ah.. ya.. sstt ah.." erangku sambil meremas-remas susu Naning, tidak hanya batang kemaluanku yang ditelan oleh Naning, kedua "telur"-ku pun dilahapnya, "Plok.. plok.." bunyi sedotan mulut Naning di kedua "telur"-ku dan dilepas dan mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan mulutnya lagi. Jilatan, gigitan dan sedotan mulut Naning memang membuatku terbang, "Ah.. kamu memang hebat, ah.. ses.. ah.. ye.." pujiku ke Naning yang terus mengocok batang kemaluanku dengan mulut binalnya itu.

Lima menit bermain dengan mulut Naning, batang kemaluanku sudah tidak sabaran menerobos masuk vagina Naning yang merah merekah itu. Lalu aku berbaring terlentang di ranjang Naning dan Naning duduk di atas badanku, ternyata Naning mengerti apa mauku, dia langsung memegang batang kemaluanku dan didekatkan ke vaginanya. Naning tidak langsung memasukan batang kemaluanku ke vaginanya tapi digesek-gesekkan dahulu di permukaan vaginanya dan selanjutnya.. "Bless.. sleep!" masuklah batang kemaluanku ke vagina Naning yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan Naning. Naning mulai menaikkan pinggul dan menurunkannya kembali dengan pelan-pelan, "Aah.. batang kemaluanmu mantep.. Sep.. ah.. ye.. dorong.. Sep yang dalam.. ya!" erang Naning sambil berpegangan dengan dadaku. "Oph.. ya.. vagina kamu top.. Ning.. goyang.. te.. rus.. oh.. ye.." kata-kataku patah-patah karena kenikmatan tiada tara dari dinding vagina Naning yang meremas-remas batang kemaluanku, dan sambil meremas-remas susu Naning yang "ngeper" naik turun akibat goyangannya.

Lama kelamaan goyangan Naning semakin cepat dan binal, "Ah.. ye.. kon.. tol.. kamu.. do.. rong.. Sep.. sstt ah.. ye.. oh.. ye.." erang Naning yang sudah tidak karuan goyangannya. Lalu aku pun mengimbangi goyangan Naning, aku pegang pinggulnya dan aku mengocok dengan cepat vagina Naning dengan batang kemaluanku dari bawah. "Plek.. plek.. plek.. plek.." suara benturan pantat mulus Naning dengan permukaan pinggulku. "Oh.. ya.. goyangan.. hebat.." kataku sambil mempercepat kocokan batang kemaluanku di vagina Naning dan sepuluh menit kemudian tubuh Naning menggeliat dan mulai menegang, Naning sedang dalam ambang orgasme yang kedua. "Ah.. Sep.. aku.. ti.. tidak.. tah.. aku.. sstt ah.. ya.. ke.. luar.. ah.." kata Naning sambil menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan pinggulnya untukmengocok batang kemaluanku dan aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh. "Ah.. aku.. tidak kuat.. lagi Sep.. aku mau.. ke.. luar.. ah.. sesstt.. ah.." dan akhirnya, "Ser.. ser.." terasa semprotan cairan hangat di ujung batang kemaluanku yang masih di dalam vagina Naning, tubuh Naning lemas dan aku belum orgasme dan aku ingin menuntaskannya.

"Mbak aku belum keluar, tuh batang kemaluannya masih berdiri, bantuin ya.. keluarin spermanya!" aku bisikkan di telinga Naning yang masih lemas itu.
"Kamu memang kuat sekali Sep.. masak kamu belum keluar juga," kata Naning bangkit dari lemasnya sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku yang masih tegang dari tadi.
"Ya.. sedikit lagi nih.. nanggung kalau dibiarkan, entar bisa pusing," sambil meremas-remas susu Naning.
"Ya.. udah gimana lagi nih.. vaginaku masih kuat kok menahan kocokan batang kemaluanmu yang nakal itu," sambil melepaskan kocokan tangannya di batang kemaluanku aku menyuruh Naning untuk nungging dan terlihatlah dengan jelas lubang dan vagina Naning yang amat basah dan merahitu. Aku mulai mencium pantat Naning yang semok itu, aku raba-raba di sekitar lubang anusnya dan aku jilati lubang anus Naning, ternyata dia mengerang keasyikan dan tanganku menggesek-gesek vagina Naning dan memasukan jari ke vaginanya. "Aah.. stt sstt ya.. Sep.. dimasukkan saja.. a.. aku tidak.. sabar.. manna kontolmu.. ma.. sukin cepat!" Naning tidak sabar sekali dengan kocokan batang kemaluanku.

Aku mengarahkan batang kemaluanku ke vagina Naning dan aku memperlebar selangkangan Naning agar lebih leluasa untuk kocokan batang kemaluanku dan sedikit tekanan, "Bleess.. slleep.." batang kemaluanku langsung masuk ke lubang kenikmatan Naning dengan diiringi dengan erangan Naning menerima batang kemaluanku masuk. "Ah.. ye.. goyang.. Sep.. sstt.." Aku langsung mengocok vagina Naning dengan tempo yang sedang. "Auggh.. hem.. ye.. te.. rus.. cepat.. ah.. hm.." Naning pun ikut menggoyangkan pantatnya maju-mundur untuk mengimbangi kocokan batang kemaluanku, lalu aku tidak sabaran dan mempercepat kocokan batang kemaluanku. "Ya.. ya.. ya.. te.. rus.. ah.. ya.. da.. lam.. Sep.. aku.. ke.. luar.." Naning menggeliat tanda dia mau orgasme yang ketiga kalinya. "Ta.. han.. Ning.. aku juga.. mau.. ye.. ah.. ke.. luar.." aku makin mempercepat dengan memegang pinggul Naning. Beberapa menit, aku terasa mencapai puncak, terasa spermaku kumpul di ujung batang kemaluan dan mau aku semprotkan. "Ya.. kit.. a.. ba.. reng.. ya.. aku.. ke.. luar.. ya.." aku tidak kuat lagi menahan desakan sperma yang sudah penuh dan.. "Sa.. tu.. Du.. a.. Ti.. g.. crot.. crott ser.. ser.."aku menyemprotkan spermaku di dalam vagina Naning sampai lima semprotan dan Naning jatuh lemas tidak berdaya di atas ranjangnya, aku sedikit mengocok batang kemaluanku dan masih keluar sperma sisa di dalamnya.

"Makasih ya.. Mbak Naning, vagina kamu cengkramannya bagus kok," bisikku di telingnya.
"Ah.. kamu bisa saja.. batang kemaluan kamu juga kocokannya hebat.. kapan-kapan aku mau lagi," saut Naning sambil meraba-raba dadaku.
Dan kami tidur bareng saat itu dengan tubuh yang telanjang tanpa apa-apa. Sampai beberapa jam kemudian aku terbangun dari tidurku, dan aku bangun dari tidurku dan melihat Mbak Naning tidak ada di sampingku dan aku keluar dari kamar Naning sambil membawa pakaianku dan aku masih telanjang. Ternyata Naning mandi dan aku sengaja menunggunya di ruang depan sambil mengocok-ngocok batang kemaluanku agar tegang lagi. Dan beberapa menit Naning keluar dan mendekatiku, "Lho.. kok tidak dipake bajunya, tuh.. batang kemaluan kamu berdiri lagi," dan Naning duduk di sebelahku dengan pakai belitan handuk saja.
"Ya.. Mbak aku mau pulang udah siang nih.. tapi Mbak.." kataku.
"Apa lagi he.." sambil mengelus-elus pipiku.
"Keluarin lagi dong, tidak usah dimasukin ya.. oral deh.." rayuku.
"Ya.. udah.. kamu tenang saja ya.."

Naning langsung jongkok di selakanganku dan melepas handuknya dan dia sekarang bugil. Langsung dia kulum dan jilati dengan buas sekali, hampir aku tidak tahan menerima perlakuan sepeti ini tapi aku berusaha menahan kocokan mulut binal Naning, dan sampailah beberapa menit aku tidak tahan lagi atas perlakuan Naning dan.. "Croot.. croot.." semburan spermaku ke wajah, susu dan rambut Naning. "Ah.. ya.. terima kasih ya.. Mbak.." lalu aku memakai bajuku dan.. "Ya.. kembali, kalau ada waktu datang ya.." kata Naning sambil membersihkan semprotan spermaku di tubuhnya dengan handuk mandinya.

Lalu aku pamitan untuk pulang. Dan hubungan kami tetap baik, hampir tiap hari aku beli nasi kuning Mbak Naning, kalau memang di rumah sepi aku dan Mbak Naning nge-sex terus, tapi kalau ada orangtuanya mungkin hanya batang kemaluanku di kocok sama tangannya saja. Ya.. gerak cepat tapi puas. Tapi sudah beberapa bulan ini Mbak Naning tidak jualan lagi sehingga nge-sex sama Mbak Naning jadi terganggu. Aku harap ada Mbak Naning yang lain yang lebih binal.

Demikian pengalaman sex-ku, bagi para pembaca cewek yang penasaran sama aku. Hubungi aku di e-mail, nanti aku pasti balas. Kalau ada dari pembaca cewek yang ingin nge-sex yang aman dari pentakit apa pun dan kepuasan tiada tara, aku siap kok, walaupun hanya sebatas oral atau yang lebih dalam lagi (terserah kemauan anda). Anda tidak akan nyesel kok. Aku tunggu ya!Love sex forever, aman dari penyakit dan kepuasan terjamin (just for lady tulen).


TAMAT

Memperkosa pria

Namaku adalah Jenny, aku adalah gadis lugu yang dikawinkan oleh orang tua pada usia 20 tahun. Aku memiliki seorang kekasih yang cukup mapan, namanya William, dia seorang perwira ABRI di kotaku yang berpangkat kapten. Hubungan kami sangat dekat dan kami hampir menikah. Namun orang tuaku tidak menyetujuinya, tetapi saya malah dikawinkan dengan kakak William yang bernama Ricky. Alasan mereka cukup rumit, katanya Ricky sangat mencintaiku dan mereka kurang menyukai William yang anggota ABRI. Mereka lebih suka bila aku menikahi Ricky yang cuma seorang pegawai negeri. Andai dulu aku menikahi William, mungkin semua ini tidak perlu terjadi.

Akhirnya kami menikah, tanpa dikaruniai seorang anakpun karena Ricky terlalu sibuk bekerja dari pagi sampai malam, kadang-kadang melembur. William tidak marah karena aku dinikahi Ricky, mereka adalah kakak beradik yang saling menyayangi sejak dari masa kecilnya. Pada suatu hari William ditugaskan ke Jakarta oleh atasannya, menurutnya dia akan kembali setelah 6 bulan. Tugas ini sebenarnya adalah jebakan yang dipasang oleh suamiku sekarang Pak Simon.

Aku bekerja pada sebuah taylor di kotaku, pemiliknya adalah Ny. Win. Pada suatu hari aku dipanggil oleh Ny. Win ke rumahnya. Menurutnya ada langganan penting yang meminta desain jas yang hanya aku yang dapat melakukannya. Waktu aku datang ke rumahnya dia bersama Pak Simon. Ny. Win memperkenalkan aku kepadanya dan kami bercakap-cakap. Tak beberapa lama kemudian Ny. Win tanpa alasan yang jelas meninggalkan kami berdua.
Tak lama Pak Simon mulai bertanya, "Dik Jenny, katanya Dik Jenny ini istrinya si Ricky yang buruk itu, kok bisa sih padahal Dik Jenny begitu cantik?".
Aku sudah merasakan gelagat yang tidak enak dari semula aku datang ke rumah Ny. Win, tapi aku cepat menguasai diri dan menjawab, "Iya Pak memang sudah takdir".
Kemudian Pak Simon dengan cepat menjawab, "Ah.., masa Dik Jenny mau menghancurkan hidup hanya untuk laki-laki yang seperti itu, Saya sudah banyak dengar tentang kamu, kalau kamu bisa memenuhi keinginan saya, hidup Dik Jenny akan saya buat lain".

Selasai berkata seperti itu Pak Simon tiba-tiba memeluk saya dan mencoba menciumi saya. Tentu saja saya meronta-ronta sampai tak beberapa lama dia berhasil memagut bibir saya dan menciuminya dengan ganas. Wibawa Pak Simon dan ciuman-ciumannya yang ganas membuat saya terangsang dan mulai mengikuti permainannya. Dia mulai meraba buah dada saya yang membuat hati saya berdesir, kemudian dia berhenti dengan bibir saya dan mulai membuka baju yang saya kenakan, diciuminya bagian tengah dada saya, sambil melepas tali BH yang saya kenakan. Kemudian dia mulai menggigit gigit buah dada saya yang cukup montok, walaupun saya berada dalam keadaan tidur. Setelah itu dia menyibakkan semua barang yang ada di meja kerja Ny. Win dan merebahkan saya di situ. Dia melanjutkan aksinya dengan terus-menerus menciumi, meraba dan menggigit kedua buah dada saya. Sebagai istri yang jarang menerima nafkah batin saya dengan cepat menikmati permainan ini, apalagi Pak Simon juga bukan laki-laki yang terlalu tua. Dia masih cukup muda sekitar 35 tahun dan memiliki badan yang kekar karena dia juga seorang ketua klub karate di kotaku. Sambil meremasi buah dadaku dia melepaskan rok yang kukenakan dan meraba-raba pahaku, jantungku makin berdesir dan saya makin terangsang.

Kemudian dia membuka celana dalamku dan mulai menciumi dan menjilati cairan yang keluar dari sana. Aku semakin mendesah dan dengan reflek kuraba-raba sendiri buah dadaku. Sensasi yang timbul saat itu benar-benar sangat luar biasa. Tidak pernah kurasakan hal seperti ini dengan suamiku sendiri. Setelah itu Simon membuka celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegak dan dia mencoba memasukkannya ke dalam liang vagina saya. Setengah sadar saya berteriak memohon padanya untuk jangan melakukan itu karena saya akan merasa bedosa, karena saya berprinsip untuk mempersembahkan seks saya hanya pada suami saya. Tapi Pak Simon tidak menghiraukannya dan memasukkan penisnya dengan kasar. Aku berteriak kesakitan, sementara dia hanya mengeluh keenakan dan memuji-muji liang vagina saya dengan berkata' "Ohh.., nikmat Jen.., sempit sekali.., ohh.., sempitt sekali!". Akhirnya saya kembali tenggelam dalam kenikmatan, tiap tusukan penisnya itu kunikmati dengan erangan-erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Sesekali dia memberikan ciuman yang dalam kepadaku, yang benar-benar kunikmati. Akhir dari semua itu adalah ketika aku mencapai kepuasanku.

Dunia serasa terbalik, aku menangisi nasibku ini, tapi Pak Simon hanya bisa menghiburku dan berjanji akan membereskan semuanya. Kemudian saya secara resmi menjadi istri simpanan Pak Simon. Tiap kali Pak Simon menginginkan saya, dia akan menelepon saya dan mengajak saya kencan di hotel di luar kota. Tiap kali saya diberinya imbalah dua juta rupiah. Suatu hal yang saya syukuri dan sekaligus aku merasa jijik, karena aku merasa seperti seorang pelacur. Perlu diketahui bahwa Pak Simon ini adalah seorang yang amat berpengaruh, dia berteman dekat dengan--------dan-------(kedua jabatan ini disamarkan oleh Yuri) di kotaku. Dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan, bagaikan seluruh kota itu miliknya. Pada suatu hari ketika aku sedang bekerja di tempat Ny. Win, suamiku Ricky tiba-tiba menerjang masuk dan memaki-maki diriku dan Ny. Win, aku hanya bisa menangis dan menangis mendengar makiannya. Tapi pada akhirnya dia hanya diam dan berkata bahwa dia akan membunuh Pak Simon. Sungguh suatu hal yang tragis ketika keesokan harinya aku mendapat kabar bahwa suamiku sudah mati, mayatnya diketemukan di tepi sungai. Polisi mengatakan bahwa dia mati karena mabuk dan jatuh ke sungai. Tapi aku tahu pasti apa yang menyebabkan dia mati, Pak Simon.

Pak Simon tidak cukup puas dengan membunuh suamiku. Untuk menjaga adik ipar saya William dari berbuat sesuatu yang mengancam dirinya, dia sudah mengatur untuk memenjarakan William. Sungguh suatu hal yang tragis bagi diriku dan dia, karena dalam hatiku aku masih mencintai William. Hal yang membuat diriku semakin sakit adalah Pak Simon tidak pernah membiarkan aku menemui William. Kata-kata terakhir yang kudengar dari William adalah bahwa dia menyesal kakaknya menikahi pelacur seperti aku.

Setelah masa 100 hari kematian suamiku, Pak Simon mengawiniku sebagai istrinya yang ketiga, hal yang menurutnya adalah penebusan dari dosa-dosa yang dia lakukan terhadapku. Sebenarnya aku sudah ingin bunuh diri saja, tetapi Pak Simon mengancam jika aku mati, maka William juga mati. Hari demi hari berlalu dan kulewatkan sebagai istri Pak Simon. Aku adalah istri favoritnya, sehingga tidak jarang aku mendapat perlakuan buruk dari istri istrinya yang lain. Yang paling parah adalah ketika kami bertemu di sebuah pasar swalayan, dan istri pertamanya Ny. Elis menjadi kalap dan menjambaki rambutku, sambil mengatai aku sebagai pelacur. Aku tidak melawan, karena aku sudah kehilangan harga diri serta kehormatanku.

Pak Simon tidak mempunyai seorang anakpun, tetapi dia mempunyai seorang pegawai yang cekatan yang amat dipercaya olehnya, bahkan kemudian diangkatnya sebagai anak angkat bernama Zachary.
Pada suatu hari aku menerima sebuah surat dari William, dari suratnya dia mengatakan bahwa dia menyesal mengatai aku sebagai seorang pelacur. Dia berkata bahwa aku tidak mungkin melakukan hal senista itu karena dia memahami sekali sikap dan kepribadianku karena dia pernah menjadi kekasihku. Tetapi yang membuatku khawatir adalah karena dia berencana akan membalas perbuatan Pak Simon yang telah memenjarakan dia dan menyengsarakanku karena Pak Simon adalah orang yang sangat berpengaruh. Surat itu kemudian kusimpan baik-baik di sebuah kotak perhiasan, karena aku menganggapnya sebagai surat yang mengembalikan harga diriku. Suatu hari surat itu hilang dari kotak perhiasan, aku sangat panik dan mencarinya di semua tempat tapi hasilnya nihil.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Zachary yang baru saja memeriksa meteran air dan listrik di rumahku. Pak Simon membuatkan aku rumah sendiri sejak peristiwa yang memalukan dirinya terjadi, ketika Ny. Elis memukuli diriku di depan umum. Zachary menyapaku dan menanyakan tentang kabarku, seperti biasa aku hanya meladeni basa-basinya. Tapi kemudian dia bertanya kenapa aku terlihat gelisah akhir-akhir ini. Kembali kujawab saja sekenanya, namun kemudian dia kembali menanyakan bila aku kehilangan sesuatu yang penting misalnya surat. Aku segera menangkap maksudnya dan memintanya untuk mengembalikannya padaku. Dia berkata bahwa dia tidak membawanya dan akan mengembalikannya nanti malam karena dia harus mengerjakan sesuatu terlebih dahulu.

Malamnya dia datang lagi ke rumah, dan dia membawa surat itu. Dengan segera aku memintanya untuk mengembalikan surat itu. Tetapi dia menolak dan menanyakan bagaimana aku harus berterima kasih kepadanya. Akupun menangkap maksudnya dan menanyakan berapa imbalan yang harus saya berikan kepadanya. Tapi dia berkata dia menginginkan saya.

Kemudian dia memelukku dan menciumiku, dan mengatakan betapa dia mengagumi saya yang berbeda dari semua gadis yang pernah dikencani oleh ayah angkatnya Pak Simon. Aku kemudian melepaskan diri darinya dan menempeleng dia, segera kuusir dia sambil memaki siapa dia kira dirinya itu. Kemudian dia menceritakan dendamnya pada Pak Simon, betapa ayahnya yang dulu sahabat dekat Pak Simon dan juga seorang pengusaha sukses terkena kasus dan harus lari ke luar negeri. Namun setelah itu Pak Simon mengambil alih harta keluarganya, dan ayah Zachary merasa tertekan dan bunuh diri. Dia kemudian memaki Pak Simon yang katanya mengangkat dirinya sebagai anak, namun dia merasa lebih diperlakukan sebagai anjing oleh Pak Simon. Aku hanya terdiam mendengar perkataannya. Namun tak lama kemudian nafsu gelapnya pun timbul dan dia kembali memeluk diriku, dan aku meronta-ronta teringat dulu betapa aku diperkosa oleh Pak Simon. Kumaki Zachary bahwa semua dia binatang, tapi dia hanya tertawa dan berkata "Memang semua laki-laki binatang, tapi Simon adalah binatang terbuas di dunia, kalau surat ini saya berikan padanya, menurutmu apa tidak mungkin nasib adik iparmu akan sama seperti suamimu". Perkataan Zachary membuat saya terdiam kaku dan pasrah. Kemudian dia berkata bahwa aku adalah tipe wanita yang membuat pria selalu ingin memperkosaku, tipe wanita yang selalu disukai pria.

Setelah itu dia menceritakan betapa dia telah memasang kamera tersembunyi di kamar mandi dan kamar tidurku, betapa dia selalu mengintipku melalui kamera tersebut dan merekam semua yang kulakukan selama ini. Aku hanya diam berdiri dan pasrah sampai akhirnya dia mulai melucuti baju yang aku kenakan, dan melepas tali BH-ku. Matanya mempelototi buah dadaku yang menyembul dan seperti Pak Simon dia segera menciumi, menjilati dan menggigitinya, sambil mengatakan betapa beruntungnya Pak Simon memiliki diriku.

Kemudian dia membopongku ke atas ranjang dan merebahkan aku di situ. Aku hanya bisa diam dan pasrah, membiarkan dia menikmati semua bagian dari tubuhku, sama sekali tidak kurasakan kenikmatan dari perbuatannya ini. Yang kurasakan hanya sakit hati dan perasaan jijik. Aku terpaksa membiarkan dia melumati setiap centi dari tubuhku dan hanya bisa menangisi nasibku yang malang ini. Kemudian dia memasukkan penisnya dengan ganas dan menyetubuhi tubuhku berkali kali dalam berbagai posisi. Sebenarnya aku sangat cape', atas apa yang dia lakukan itu, aku memintanya untuk menghentikan perbuatannya itu. Tapi dia tidak puas dia menindihku dalam berbagai posisi dari dog style, dan yang membuatku sangat menderita adalah posisi ketika dia berdiri dan berjalan jalan sambil menyetubuhi diriku, di mana aku harus merangkul dirinya yang binatang itu. Aku merasa lega ketika dia mulai kecapaian dan kemudian meninggalkan aku, setelah itu aku hanya bisa diam sambil merenungi nasibku yang malang ini. Aku tidak bisa berbuat apa apa, namun waktu telah menyelesaikan segalanya. Di mana semakin lama aku semakin haus akan seks dan kekayaan, aku mulai sadar bahwa aku bisa menggunakan tubuhku untuk mencapai apa yang kuiinginkan.

Sekarang ini aku bukan lagi gadis lugu yang hanya bisa diam diperkosa. Aku mulai sadar bahwa aku harus membalas pada Pak Simon dengan memperkosanya kembali. Seiring dengan makin tuanya usianya yang menginjak 40 tahun, dia semakin lemah secara fisik, apalagi dalam hubungan seks, keperkasaannya sudah mulai luntur, dan hal ini membuatku merasa menang. Sekarang ini aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan, biarlah nasib menentukan semuanya.

TAMAT

Menakhlukkan gadis tomboy

Huh.. Gadis itu koq tomboy sekali. Orangnya pendek, tingginya kurang lebih 150 cm. Jalannya kayak laki-laki, rambutnya selalu dipotong pendek. Dan yang jelas.. Dia tidak suka laki-laki. Mau bukti? Sampai saat ini belum pernah terdengar dia jalan sama laki-laki. Padahal umurnya sudah 35 tahun.

Tapi mengapa belum mau nikah juga. Memang sih.. Laki-laki pasti mikir kalau mau mendekati dia. Jangankan bergairah untuk mendapatkannya. Dikejar-kejar sama diapun pasti menghindar. Pernah aku tanya sama teman-teman yang lama kerja di kantorku, apa dia pernah punya pacar? Mereka menerangkan bahwa selama ini memang dia tidak pernah punya pacar.

Apakah masih perawan? Kata teman-teman,"Nggak tahu, buktikan sendiri."

Itulah gambaran gadis yang kukenal di kantorku. Sudah 5 tahun aku jadi Pegawai Negeri di suatu instansi pemerintah di Jakarta, dan 5 tahun pula kenal dengan dia, sebut saja Nova. Nova memang sudah pegawai senior di instansiku. Walaupun umurnya lebih tua aku, tapi Nova lebih dulu jadi Pegawai Negeri.

Aku sudah beristri dan punya anak satu saat masuk Instansi tempatku bekerja. Sedangkan Nova adalah seorang pegawai yang belum bersuami. Aku juga tak tahu kenapa dia belum berkeluarga, padahal dari segi umur dia sudah cukup. Sudahlah tidak perlu dipikirkan memang itu mungkin tujuan hidupnya.

Walaupun aku dan Nova beda bagian di kantorku, tapi kami sering bertemu dan berbagi cerita tentang pekerjaannya masing-masing. Apalagi kami aktif di organisasi Korpri. Tapi aku belum pernah menanyakan padanya apakah dia punya pacar, atau dia tidak suka cowok, atau lesbi atau.. Apa saja tentang rahasia pribadinya.

Suatu hari, saat aku mau pulang kantor aku berpapasan dengan Nova yang keluar dari kamar kecil.

"Eh.. Nov, kamu belum pulang," tanyaku. Waktu itu memang kantor sedang sepi karena karyawan sudah pulang semua.
"Eh Rudy.. Belum Rud, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan," katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkan aku yang terbengong-bengong memperhatikan punggung dia yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.

Tiba-tiba ada hasrat yang membuat aku melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Kulihat dia duduk di depan meja sambil membolak-balik map yang ada di depannya.

"Nov, sibuk ya, bisa kubantu," tanyaku.
"Eh.. Rud.. Ngapain kamu kesini tanpa ijin? Nanti kuteriakin maling lho."
"Yey.. Orang mau bantu malah disambut begitu".
"Aku nggak butuh bantuan.." katanya ketus.
"Koq galak amat sih.., aku sun.. Baru tahu rasa.."

Entah mengapa aku tiba-tiba bernafsu ingin mencium bibirnya.

"Coba.. kalau berani aku tusuk perutmu pakai ini," katanya sambil mengacungkan gunting.

Aku bukannya takut atas ancamannya, tapi jadi penasaran ingin melumat-lumat bibirnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pegang pukul tangannya, dan "Awww..!" Nova menjerit kesakitan dan guntingpun terjatuh.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya dan kutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya.

"Ugh.. Ugh.. Ugh.."

Nova meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Lalu mendorongku keras-keras. Sampai aku terjatuh. Saat aku berdiri.. Plak.. Plak.. Plak.. Dia menampar pipiku keras-keras.

"Apa-apaan kamu.. Mau memperkosaku ya? Bangsat!!" katanya marah besar.

Aku dimarahi seperti itu semakin bergairah untuk memperkosanya. Kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya lagi dan kekutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi aku semakin erat memegang bahunya dan semakin lahap melumat bibirnya. Nova terus meronta-ronta..

"Ugh.. Ugh.. Ugh.."

Napasnya tersenggal-senggal. Aku semakin asyik melumatnya bibirnya. Ada cairan hangat membasahi pipiku, aku menghentikan aksiku. Masih dalam posisi menindihnya, aku lihat ada cairan bening mengalir dipipinya. Aku jadi nggak tega. Aku menghentikan aksiku. Aku berdiri, kulihat Nova masih terlentang dan menatapku. Dipipinya mengalir deras air mata.

"Eh.. Nov, maafin aku.. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf atas kelancanganku."
"Kamu jahat, kamu mau memperkosaku," katanya sambil menatapku nanar.
"Maafin aku, aku tidak bermaksud memperkosamu, dan aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi".
"Benar?"
"Sumpah"
"Baik aku maafin.." katanya sambil berdiri.
"Sebagai tanda persahabatan, bolehkah aku menciummu," kataku mulai nakal lagi.

Nova menatapku sejenak.. Tapi kemudian mengangguk. Akhirnya aku dekatkan wajahku kewajahnya, kukecup bibirnya lembut.

Nova tersenyum, "Trim.. ," katanya.
Tiba-tiba.. Kukulum bibirnya sekali lagi.
"Ugh.." Nova mendorongku, "Kamu mulai lagi ya, dasar nakal," katanya marah.
"Aku.. Pingin sih.. Apa kamu nggak pengin"
"Aku juga sebenarnya pengin.." katanya lirih.

Aku terhenyak kaget. Akhirnya, aku mendorongnya ke meja, aku menindihnya, kulumat-lumat bibirnya. Kali ini Nova menikmatinya. Aku ciumi pipinya, kuciumi lehernya..

"Ugh.. Ugh.. Enak.. Rud.. Akuu sukaa.." Nova merintih.

Aku terus menciumi bibir, pipi dan leher. Tanganku mencopoti kancing bajunya dan segera melepas bajunya, serta BHnya. Wow.. Gadis tomboy itu susunya indah sekali. Aku lepas bajuku.

"Kamu apa-apaan.. Kenapa bajuku kamu lep.. Aww enakk.. Putingnya giiggiit.. Aduh.. Enaak.. Wow.. Wowww.. Wowww.."

Nova menjerit-jerit ketika aku mulai meremas-remas susunya dan mengulum puting susunya serta memainkannya dengan lidah. Kubuka celanaku dan kupelorotkan Cdku, kupelorotkan roknya dan kupelorotkan CDnya.

"Nov.. penisku ngaceng.. Kumasukkan ke vagina.."
"Jangan.. Ja.. Awww.. Sssaakiit.." teriaknya ketika aku menekan penisku yang sudah tegang ke liang vaginanya. Dan.. Bless.. penisku masuk dengan susah payah.
"Sssaakitt.."
Aku tak peduli mau sakit mau nggak, aku mainkan maju mundur. Dan bles.. Sloop bless.. Sloop..

"Aw.. Aw.. Aw.. Saakii.. Eeenaak aduuh ennaak.."
"Nova.. Uuueenaakk.."
"Awww.."

Akhirnya spermaku kumuntahkan dalam perut Nova. Aku terkulai lemas.. Nova terkulai lemas..

"Rud.. Enak sekali aku suka"
"Iya.. Kamu hebat"

Kami masih di atas meja diantara tumpukan map kerja. Nova memelukku, kepalanya bersandar didadaku, tangannya meremas-remas penisku. Kubalas pelukannya dan jari tanganku kukorek-korek ke liang vaginanya.

"Rud.. Enak.. Aku suka.."
"Iya aku juga suka, aku kira kamu tak suka penis"
"Kalau penis kamu aku suka banget.., tapi vaginaku perih sekali," katanya lirih.
"Tapi kalau vaginamu dimasukin penisku lagi pasti enak," kataku sambil memeluknya. Tak terasa penisku mulai bangun lagi.
"Nov.. penisku ngaceng masukin lagi ya.."
"Iya deh.."
"Coba kamu nungging"
"Nungging?" katanya terheran-heran, tapi akhirnya Nova mau juga nungging.

Kulihat pantat Nova yang gede.. Wow.. Betapa indahnya vagina tersembul warna hitam dengan bulu-bulu tipis. Kunaiki Nova yang sedang nungging kupeluk dan kuremas-remas susunya.

"Oh.. Enak.. Rud.. Terus Rud.. klitorisku nyut-nyutan.. Aku penggiin penis.."
"Nova penisku kenceng bangeet.."
"Iya.. Masuukiinn doong.."
Aku nggak tahan dan upp emhh, aku teken penisku ke vaginanya yang tersembul.
"Terus.. Tekenn Rudd.."
Aku teken-teken.. Tapi karena posisinya yang nungging penisku tidak bisa masuk. Susah sekali..
"Ayo Rud.. Aku nggak tahan, masukin dong.. Awww.."
"Iya.. Ini juga kumasukan tapi vaginamu kenyal dan rapet.."
"Terus Rud dikit lagi.. Aw.."
Aku terus berusaha sekuat tenaga, kutekan terus penisku, dan.. Akhir.. Bless..
"Ennaak.. Nov.. Wow.. Sedepp.." Aku merasakan nikmat yang luar biasa.
"Rud.. Aduuh.. Sakiitt.. Janggann kesitu.. Sssakitt.."
"Enakk.. Nov.." Aku terus menggenjotnya maju mundur. Bless.. Sloop.. Plup.. Bless..
"Sakit Rud.. Itu bukan.. vagina.. Itu liang dubur.."

"Hah?" Aku kaget dan berhenti menggenjot.. Tapi penisku masih didalam duburnya.
"Nov.. Ini penisku di duburmu ya?"
"I.. Iya.. Sakit sekkallii.. Aduh.."
"Tapi sudah terlanjur masuk.. Genjot ya?"
"Jangan.. Cabut.. Cepet.. Cabut.. Sakit".
"Iya deh aku cabut," kataku sambil menekan penisku masuk lebih dalam lagi ke liang duburnya. Dan aku menggenjotnya lagi maju mundur. Slep.. Bless.. Slep.. Bless..

"Oh.. Nova.. Silitmu ennakk sekallii.. Aduh aku suka sekali.." Slep bless.. Nova meronta-ronta..

"Aduh.. Sakit.. Cabut.. Sakit.. Cabut.. Awww.. Enaak.. Terus.. Genjot.. Tusuk terus.. Enakk, wow.. ingin.. E'e'.. Ennaak.." Slep.. Bless.. Slepp.. Bless..
"Nov.. Cabut ya penisnya di dubur.. Wow.. Enaknya"
"Jangan Rud.. Jangan cabut.. Aduh.. Mama.. Enaak.. Ingin.. Penismuu..".

Bless.. Plup.. Aku mencabut penisku dari dubur dan kulihat penisku masih tegang..
"Rudii.. Kenapa di cabut.."
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Dan Bless.. Akhirnya masuk..
"Awww.. Rudi.. Itu lubang vagina.. Enaakk.. Aku suka Rudi.."
"Iya.. Akku juga suka.."

Aku terus menggenjotnya lagi kali ini tambah bersemangat.

"Rud.. Ennaak.. Taddi di bersihin dulu nggak.. penisnyaa..?"
"Aduh.. Nggak.. Wow.." Aku terus menggenjotnya
"Ada.. E'e'nya dong rud.."
"Iyya.."
"Terus Rud.. Genjot rud..

Gerakanku semakin lama semakin cepat dan terus.. Kupacu. Akhirnya..

"Rud.. Aku nggak tahan ingin keluar.."
"Aku.. Juggaa.."
"Awww.. Kelluuarr.."
"Ahh.."
Akhirnya spermaku kembali muncrat di dalam perutnya. Kami terkulai lemas saling berpelukan.

Diantara darah perawan yang menetes di meja.. Ada ribuan sperma yang masuk ke perutnya.. Dan bila menghasilkan anak, aku tak tahu apakah aku akan bertanggung jawab? Yang terjadi adalah.. Aku termenung menatap langit-langit dan Nova menangis memelukku menyesali apa yang telah terjadi..

Tapi.. Kami tak tahu hari esok.

Tamat

Aku dan juraganku

Cerita ini terjadi ketika aku masih usia 14 tahun. Aku yang baru saja lulus SD bingung mau kemana, melanjutkan sekolah nggak mungkin sebab Bapakku sudah satu tahun yang lalu meninggal. Sedangkan Ibuku hanya penjual nasi bungkus di kampus dan kedua kakakku pergi entah bagaimana kabarnya. Sebab sejak pamitan mau merantau ke Pulau Bali nggak pernah ada kabar bahkan sampai Bapak meninggalpun juga nggak tahu. Adik perempuanku yang masih kelas dua SD juga membutuhkan biaya.

Akhirnya aku hanya bisa main-main saja sebab meski aku anak laki-laki satu-satunya aku mau kerja masih belum kuat dan takut untuk pergi merantau tanpa ada yang mengajak. Suatu ketika ada saudara Bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia membutuhkan orang yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku berpikir panjang aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan Ibuku.

Berangkatlah aku ke kota Jember tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA namanya Kristin, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Miatun usianya kira-kira 27 tahun.

Teman Kristin banyak sekali setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Kristin pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Kristin masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Kristin, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.

Pagi itu Pak Beni dan Istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Miatun dan Non Kristin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Kristin masih belum bangun juga dan Bik Miatun sudah selesai memasak.
"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci."
"Iya Bik!" jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Miatun pergi aku mengunci pintu gerbang.

Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Kristin sedikit terbuka berarti yang mandi Non Kristin. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Kristin mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non Kristin menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non Kristin membasuh sabun keseluruh badannya aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab Non Kristin sudah selesai mandinya namun karena gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu kalau Bik Miatun berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Miatun menegurku,
"Ayo.. ngapain kamu."
Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.
"Ng.. nggak Bik.." kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.

Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Miatun mencuci kuurungkan niat itu.
"Kenapa kok kembali?" tanya Bik Miatun.
"Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
"Lho kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas," pinta Bik Miatun.
Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Miatun. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Miatun setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat
"Begitu putihnya paha Bik Miatun ini" pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Miatun.
"Heh! kenapa melihat begitu!" pertanyaan Bik Miatun membuyarkan lamunanku
"Eh.. ngg.. nggak Bik" jawabku dengan gugup.
"Sebentar Bik, aku mau buang air besar" kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.

Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Miatun sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Miatun masih asik dengan cucianya.
"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Miatun.
"Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Miatun.
"Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak taunya benar," kata Bik Miatun
"Hah..? jadi Bibik mengintip aku?" tanyaku sambil menunduk malu.

Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
"Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama Bibik " panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?" tanya Bik Miatun.
"Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu.
"Nggak gimana?" tanya Bik Miatun seolah-olah mau menyelidiki aku.
"Nggak usah diteruskan Bik aku malu."
"Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok, Non Kristin juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik Miatun.
"Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.
"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?"
"Apanya Bik?" tanyaku
"Iya rasanya to..?" gurau Bik Miatun tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
"Sini kamu.." kata Bik Miatun sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Miatun memegang penisku.
"Jangan Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.

Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Miatun memegangi penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan Bik Miatun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Miatun. lalu Bik Miatun mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Miatun Jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.
"Ach.. Bik.. geli," kataku sambil memegangi rambut Bik Miatun.

Bik Miatun nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Miatun berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Miatun membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik Miatun, dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Miatun.
"Ach.. Jon.. terus Jon.."
Aku masih terus melakukan perintah Bik Miatun, setelah itu Bik Miatun kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Miatun.
"Bik aku seperti mau pipis," lalu Bik Miatun segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Miatun nggak memakai celana dalam.
"Sini Jon..," Bik Miatun mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.
"Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.

Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Miatun.
"Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.."
"Iya Bik" kuturuti permintaan Bik Miatun, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
"Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Miatun sambil membetulkan tali kancingnya.
"Iya Bik.."jawabku.

Esoknya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik Miatun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Kristin pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Miatun, Non Kristin memergoki kami.
" Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!"
Melihat Non Kristin kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik Miatun.
"Jangan laporkan kami pada tuan, Non."
Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Kristin, mungkin Non Kristin iba juga melihat rengekan kami berdua.
"Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!" bentak Non Kristin.
"Iy.. iya Non," jawab kami berdua.

Esoknya seperti biasa Non Kristin selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu Bik Miatun juga sedang belanja sedang Pak Beny dan Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Kristin memanggilku,
"Joon!! Cepat sini!!" teriaknya.
"Iya Non," akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Kristin.
"Non.. Non Kristin," panggilku sambil mencari Non Kristin.
"Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Kristin yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
"Iya Non."
Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non handuknya," kataku sambil menunggu diluar.
"Mana cepat.."
"Iya Non, tapi.."
"Tapi apa!! Pintunya dikunci.."

Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Kristin yang ada didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya Non Kristin telanjang bulat didepanku.
"Mana handuknya," pinta Non Kristin.
"I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Kristin.
"Kamu sudah mandi?" tanya Non Kristin sambil mengambil handuk yang kuberikan.
"Be..belum Non."
"Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku," kata Non Kristin.

Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non Kristin, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non Kristin, aku hanya bengong ketika Non Kristin melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Kristin memegang milikku yang berharga.
"Non..," sergahku.
"Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Miatun pada papa," ancamnya.

Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Kristin mengundang birahiku, sambil tangan Non Kristin bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Kristin yang singsat dan padat. Non Kristin mendesah, "Augh.."
Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan Non Kristin, kulihat bukit kecil diantara paha Non Kristin yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan Non Kristin.
"Sebentar Jon..," kata Non Kristin, lalu Non Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Kristin memberi kelaluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.

Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.
"Augh.. Jon.. Jon," erangan Non Kristin, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Kristin. Melihat erangan Non Kristin kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Kristin, seperti yang diajarkan Bik Miatun kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Kristin. Non Kristin semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non kristin. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Kristin.
Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina Non Kristin, ternyata Non Kristin sudah nggak perawan, kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non Kristin tidak kutemukan darah.

Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada Bik Miatun sebelumnya. "Non.. aku.. mau keluar Non."
"Keluarkan saja didalam Jon.."
"Aggh.. Non."
"Jon.. terus Jon.."
Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku kedalam vagina Non Kristin, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.
"Ough.. terus.. Jon.."
Kulihat Non Kristin menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Kristin menciumku.
"Terima kasih Jon kamu hebat," bisik Non Kristin.
"Tapi aku takut Non," kataku.
"Apa yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa" kata Non Kristin. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.

Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Miatun, maka aku melakukannya dengan Bik Miatun. Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non Kristin, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non Kristin mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.

Tamat

Aku dan sepupu istriku

Hai, Namaku Roy umurku sekitar 35, aku telah beristeri dan mempunyai seorang anak. Semasa ku masih bujang aku sering mempunyai hubungan dengan isteri orang. Aku gemarkan isteri orang kerana pengalaman merka dan aku tidak perlu takut jika mereka hamil atas perbuatanku. O ya sebenarnya aku dari Malaysia.

Aku kini bertugas sebagai ketua (Pengurus) Di sebuah perusahaan Swasta. Selepas bertunang dengan isteriku disuatu majlis keluarga (pihak isteri) aku terlihat sepupu isteriku bersama tunangannya. Pada pandangan pertama itu aku terus tertarik kepadanya. Usianya ketika itu sekitar 23 tahun masih lagi kuliah. Namun ku pendamkan saja hasratku kerana aku juga cinta pada isteriku. Setelahku bernikah sepupu isteriku juga bernikah tidak lama kemudian. Aku sering membayangkan melakukan hubungan seks dengan sepupu isteri (namanya Linda). Ketika aku bersenggama dengan isteriku aku membayangkan aku bersama Linda. Sosok tubuhnya indah, kulitnya putih mulus, payu daranya besar tapi aku tidak berpeluang memilikinya. Aku hanya bisa mengangan-angankan saja. Aku terus berangan-angan selama dua tahun.

Pada suatu ketika, sekritariku mohon berhenti dan jawatan itu kekosongan. Kebetulan pula Linda butuh pekerjaan dan aku terus menawarkan jawtan itu kepadanya. Tanpa banyak bicara dia menerima jawatan itu dan kini dia bekerja dibawah tanganku. Impian ku untuk memiliki tubuhnya kian mekar kerana setiap hari aku pasti melihatnya namun aku masih lagi mencari peluang bagai mana bisa aku menidurinya.

Pada suatu hari aku mendapat tugas untuk keluar kota kerena ada janji dengan pelanggan. Aku lantas meminta Linda untuk ikut bersamaku. Isteri tidak merasa apa-apa kerana Linda adalah sepupunya dan telah berkahwin. Aku menjalankan rancanganku. Aku menempah hanya satu kamar hotel dan memberi alasan bahwa hotel itu telah penuh. Pada mulanya Linda agak keberatan namun aku memujuknya dan mengatakan yang dia bisa tidur di atas katil dan aku pula bisa tidur di sofa.

Setelah mendaftar masuk ke hotel itu, aku terus kekamar mandi sementara Linda mengeluarkan pakaiannya untuk disimpan dalam almari. Setelah mandi aku keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai towel. Aku sengaja mahu menunjukkan susuk tubuh ku kepadanya. Linda melihatku kaget lantas dia memalingkan mukanya dari ku kerana malu. Aku terus berpakaian dan mengatakan aku ingin keluar sebentar dan menyuruhnya mandi. Lantas aku pun keluar. Lebih kurang lima belas menit aku kembali ke kamar. Apabila aku membuka pintu kamar kelihatan Linda baru keluar dari kamar mandi dan hanya memakai towel dari dada hingga ke pantatnya. Aku jadi tertegun melihat keindahan tubuhnya dengan payudaranya membengkak besar dan indah sekali. Kemudian ku lihat pantatnya yang bulat indah dan kelihatan vaginanya yang montok ketika dia membungkuk membelakangi ku.

Linda kaget dengan kehadiharanku tiba-tiba itu. Dia cuba lari kembali ke kamar mandi. Kebetulan aku berada di pintu kamar mandi dan dia terus ke dakapanku. Linda jadi kaku dalam dakapan ku. Aku dapat merasakan kelembutan payudaranya menyentuh dadaku dan terus seperti aliran listrik menjalar ketubuh ku. Nafasku terus tersekat-sekat ku lihat Linda memandang muka ku seperti minta di lepaskan. Aku terus mengucupi bibirnya yang munggil lalu menghisap-hisap lidah. Linda cuba menolak tubuhku tapi ku eratkan dakapanku.

Selesai saja bibirna ku gomoli akau menghisap cuping telinganya. Linda terus layu dan menjadi pasrah. Aku membisikkan ketelinganya " Linda aku sememangnya jatuh cinta padamu pada pertemuan pertama dulu." " Adakah kau pun cinta pada ku." Dia diam dan sedikit mengangguk. Aku membaringkan Linda di atas katil lalu aku menyelakkan towel di tubuhnya. Linda cuba menahan perlakuanku namun aku terus saja mencumbui telinganya dan dia terus pasrah. Kini Linda bogel tanpa seurat benang di hadapan ku. Impianku selama dua tahun kini hampir tercapai.

Aku mengucupi bibirnya sambil menghisap-hisap lidahnya. Linda hanya mengelus-ngelus keenakan.
"Roy.. aku juga cinta padamu dari mulanya. Aku juga kepingin ingin bersamamu."
Aku terus mengucupi lehernya yang putih dan terus meramas-ramas payu daranya yang besar itu. Aku mengihisap-hisap puting sambil menarik nariknya dengan gigiku. Linda mengeliat keenakan.

Aku menjilat seluruh tubuhnya sambil menggigit kecil. Linda terus mengelus keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat kesedapan. Linda membuka kangkangannya dan kelihatan viginanya yang gebu sedikit ternganga. ada cairan putih pada lubang viginanya dan klitorisnya ku jilat.

"Ohh.. enaknya sayang ku." Linda merengek sambil memijat-mijat kepala ku.
"Teruskan sayang..teruskan aku tidak pernah rasakan ini dengan suami ku." Rupanya suami Linda tidak pernah menjilat klitorisnya. Aku terus menjilatnya hingga Linda mencapai klimaxnya.

Setelah itu aku menanggalkan pakaianku dan akhir sekali CD ku maka terkeluarlah roketku yang sedang keras umpama besi. Linda terus meremas-remas roketku dan aku menyodorkan ke mulutnya. Linda cuba mengelak dari menghisap penisku.

"Aku ngak biasa. Suamiku ngak pernah begini."
Aku paksakan Linda untuk hisap penisku. Aku sodorkan penisku masuk penuh kemulutnya dan Linda seolah-olah mahu muntah. Namun dia terus kan menghisap penisku. Aku terasa begitu enak sekali dan Linda mengocok-ngocok penisku dengan mulutnya. Setelah hampir lima menit aku membuka kangkangannya lalu menyodorkan penisku ke lubang viginanya. Agak sempit juga lubangnya walaupun telah berkahwin. Linda mengeluh keras. Sakit barangkali.

"Sayang.. punyamu besar kali." Keluhnya.
Aku terus sorong tarik lubang nya makin basah..kecuk-kecak-kecuk-kecak irama sorong tarik jelas sekali. Linda terus mengeluh keras keenakan. Tubuh Linda beberapa kali kejang kerana beberapa kali sampai klimaxnya, aku masih terus menyorong tarik cuma semakin meningkatkan kelujuannya. Sudah hampir setengah jam aku menyorong tarik penisku. Ku lihat Linda sudah kelelahan. Kepala penisnya terasa nyut-nyut dan aku hampir ke klimax. Aku melajukan sorongan dan Linda mendengus keras. Sprott.. sprott.. sprott aku memancutkan spermaku kedalam rahim Linda dan Linda tergeletak kelelahan. Peluh membasahi tubuh kami dan Linda seolah-olah tidak mampu membuka matanya. Aku lantas mengucup dahinya.

Setelah menyemprot sperma kali pertama penisku masih terus menegang. Aku merasakan aku masih mampu untuk kali kedua. Linda telah begitu Lelah sekali. Kubisikkan ketelinga Linda yang aku ingin menyetubuhinya melalui lubang anusnya. Linda agak keberatan namun dia terlalu letih untuk menolakku. Lantas ku terbalikkannya dan menolak pantatnya supaya tinggi dan kelihatan lubang anusnya yang ketat dan basah kerana cairan viginnya. Aku terus menyorongkan penisku menusuk lubang anusnya. Dia menjerit kesakitan namun tidak berdaya. Aku merasakan suatu keenakan yang amat sangat kerana lubang anus itu sempit dan tidak pernah dimasuki penis. setelah beberapa kali menyorong tarik penis ku Linda mula menikmati keenakkannya dan memintaku meneruskan perlakuanku.

Aku terus menyorong tarik selama sepuluh menit dan aroma lubang anus mula menusuk hidung ku.. Ahh nikmatnya.. Linda terus menikmati penisku yang keluar dan masuk lubang anusnya. Kini setelah hampir dua puluh menit aku tiba ke klimax kali kedua ku.. tubuh ku kekejangan dan aku menyemprot sisa sperma ku kedalam lubang anusnya. Setelah selesai Linda begitu kelelahan sehingga tidak bisa bangun. Dia bisikkan ke telingaku bahwa dia tidak pernah merasakan kenikmatan bermain sex bersama suaminya dan tambahan pula suaminya mandul.

Setelah kejadian itu kami terus melakukan hubungan sex sehingga sekarang dan Linda kini hamil enam bulan atas perlakuan kami tanpa pengetahuan suaminya dan isteriku. Suaminya fikir anak itu anaknya.. biarkan saja. Walaupun Linda hamil aku tetap main dengannya samada melalui lubang vagina atau lubang anusnya yang semakin longgar.

Tamat