Tuesday, March 29, 2011

Pengalaman di rumah sakit

Dua tahun yang lalu kakekku menderita sakit, kemaluannya tersumbat sehingga dia harus menjalani operasi. Setelah berembuk dengan anak-anaknya, karena aku adalah cucunya maka aku tidak berani memutuskan sendiri karena ada yang lebih berhak yaitu anak-anaknya termasuk ayahku.
Setelah sepakat semuanya, akhirnya kakekku dibawa ke RS di kota S, karena kebetulan anak-anaknya tinggal di kota S. Kemudian kakekku masuk diopname di RS itu di kelas tiga, kebetulan waktu itu pasiennya sedikit karena dari enam bed hanya terisi tiga plus kakekku. Nah disini awal ceritanya, bed di sebelah kakekku penyakitnya sama dan ditunggui oleh istri dan dua orang anak perempuannya, yang satu sebut saja Minah dan adiknya Nani keduanya cukup manis, rambutnya ikal, kulit kuning langsat terutama kakaknya Minah berdada cukup besar, pinggulnya juga oke, kulit kuning, kebetulan dia memakai rok yang agak tinggi sehingga dari betis sampai setengah paha kalau sedang duduk kelihatan jelas, jadi aku bisa melihat kemulusannya, padahal dia orang kampung tapi tidak kalah dengan perempuan kota.
Hari kedua aku hanya saling berkenalan dan bercerita mengenai penyakit yang diderita oleh bapaknya, begitu juga aku karena kami sama-sama sedang menunggu pasien. Terus terang saja tadinya aku malas sekali harus tidur di RS, tapi apa boleh buat terpaksa karena tidak ada yang menunggu, tetapi pada saat malam hari suasana berubah sungguh mengasyikan karena melihat pemandangan yang cukup menghibur, pemandangan di bawah bed sebelah karena yang menunggui pasien tidur dengan menggelar tikar di bawah bed pasien dengan selimut sudah tidak pada posisi semula, maka akan terpampang paha mulus sampai ke CD-nya yang kelihatan menggelembung seperti bukit kecil.
Hari ketiga sekitar jam sebelas pagi mereka mulai mengajakku jalan-jalan untuk sekedar menghirup udara segar karena di ruangan terus membuat kita suntuk. Kami jalan-jalan ke luar rumah sakit, segar sekali rasanya.
"Kita ngebaso yuk", aku memberanikan diri mengajak mereka.
Mereka tidak menjawab tapi mereka mengikuti kemana aku pergi, sambil makan bakso kita sambil ngobrol.
"Min asalnya dari mana", aku memberanikan diri bertanya, lalu dia cerita bahwa dia berasal dari kota ini maksudnya S, dan dia cerita kalau adiknya Nani punya suami dan seorang anak tapi suaminya pergi merantau, katanya sih ke Jakarta sana bekerja, namun sudah beberapa bulan tidak pernah ada kabar beritanya.
"Kalau abdi mah sudah setahun jadi janda", katanya sih cerainya karena faktor ekonomi. Entah aku ini kesepian karena aku selalu menginap di rumah sakit atau mungkin otakku yang ngeres, begitu mendengar janda otak ngeresku langsung membuat strategi untuk menggodanya.
Pada sore harinya kita biasa berkumpul di masing-masing bed karena kami bersebelahan, jadi aku bergabung dengannya. Sekitar jam sepuluh malam semua pasien sudah tidur sedangkan Nani serta ibunya sudah membaringkan diri di bawah tempat tidur pasien, tinggal aku dengan Minah yang masih ngobrol dengan volume suara kecil, sambil ngobrol tidak lupa aku selingi dengan rayuan gombal dan kupegang-pegang tangannya, rupanya rayuanku mengena juga karena waktu kupegang tangannya lalu kubelai rambutnya dia tidak berusaha menolak. Lama-lama aku makin berani memasukkan tanganku ke dalam selimutnya (waktu itu selimutnya hanya selembar kain batik) kuletakan telapak tanganku di lututnya. Sedikit demi sedikit kunaikkan telapak tanganku ke pahanya, karena malam itu Minah memakai rok pendek warna kuning dan atasnya berbaju hangat dan BH saja (karena katanya bajunya kotor semua), Minah hanya menatap mataku akhirnya aku nekat kukecup bibirnya dan tidak lupa sebelumnya aku melihat kekiri dan kekanan maklum kita kan lagi di rumah sakit, sementara telapak tanganku terus naik semakin berani menyusuri pahanya.., terus.., terus.., dan terus akhirnya sampai di puncak menyentuh CD-nya yang menutupi daging yang empuk kuusap-usap sampai akhirnya aku berusaha menarik CD-nya agar ke bawah.
"Jangan A.., nanti ada yang melihat", bisiknya, dia manggil AA padaku.
"Tenang.., AA hanya ingin megang aja", kataku, lalu dia tenang kembali
"Min BH-nya buka yah, biar aku bisa menyedot payudaramu", sambil tangan kiriku berusaha membuka pengait BH-nya yang berada di punggungnya, setelah itu aku buka dua buah kancing baju hangatnya tersembulah buah dada yang putih dan masih mengkal dan di tengahnya ada bundaran merah kecoklat-coklatan tanpa basa-basi lagi kusedot puting susunya dan, "sshh.., sshh.., sshh.., aahh.., AA.., nikmat A.., terus A", bisiknya.
Sementara tangan kananku terus kumasukkan ke dalam CD-nya dari sebelah pinggir terus.., sampai pada belahan vaginanya dan terus.., jari tengahku sedikit kumasukkan dan kugesek-gesekan, rupanya sekarang dia sudah merasakan enaknya karena tiba-tiba dia menggeser pahanya sehingga tanganku leluasa mengacak-acak vaginanya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin sementara tangan Minah kubimbing untuk memegang stik pendekku dan mengocok-ngocoknya. "AA.., aduh.., AA.., aku mau keluar Ohh.., aahh", sambil mulutnya mengaga dan matanya terpejam, dia akhirnya mencapai orgasme.
Aku juga merasa tidak tahan karena penisku mulai bangun dan meronta, rupanya ingin muntah juga, kusuruh dia tiduran kepalanya di atas pahaku karena waktu malam aku hanya memakai kain sarung saja jadi leluasa aku keluarkan penisku dan kusuruh dia berkaraoke.
"Min AA juga pengen nih jadi tolong penis AA dikemut biar keluar", bisikku. Rupanya dia mengerti juga, dan terus dia memasukan penisku ke dalam mulutnya lalu dihisap-hisapnya.
Sementara dia menghisap penisku, kuremas-remas payudaranya yang putih, mulus dan puting susunya merah, dan karena dia tiduran posisinya jadi aku leluasa membuka CD-nya. Woowww.., sekarang terlihat vaginanya yang berbulu agak tebal dan ikal. Lalu kuelus bulu vaginanya. Rupanya Minah terangsang lagi karena terlihat pinggulnya bergeser-geser. "A.., ayo telunjuknya masukin lagi, aku juga kepengen lagi". Aku menuruti saja kemauannya.
Sementara itu Minah masih terus mengulum penisku dan sesekali menjilatinya dari biji peler sampai kepala penis, "Terus Min.., terus nikmat sekali", bisikku. Sekitar lima menit kucolok vaginanya dengan jari tengahku, sementara Minah menyedot dan menjilati penisku, dan akhirnya aku tidak tahan lagi penisku akan menyemburkan sperma.
"AA.., terus.., AA Minah mau keluar lagi", bisiknya.
"Ia Min AA juga mau keluar kita bareng yah". tidak menunggu jawaban darinya, aku terus keluar-masukkan jari tengahku ke dalam vaginanya dia juga asyik menyedot penisku.
"aahh.., sshh.., AA Minah hampir keluar.., sshh.., aahh", desahnya manja.
"Ia Min AA juga.., sshh.., aahh.., sshh.., aahh".
Akhirnya Minah dan aku sama-sama keluar bareng dan penisku menyemprot di dalam mulut Minah.
"AA.., ahh nikmat gurih", katanya, dia menelan spermaku.
Aku melakukan itu sampai beberapa malam dan akhirnya kakekku sembuh dan terus kubawa pulang kembali ke Bandung setelah itu aku tidak pernah lagi tahu kabarnya keluarga Minah, dan kini kakekku sudah meninggal dunia.
TAMAT

No comments:

Post a Comment