Tuesday, March 29, 2011

Pengalamanku dengan tutik - 1

Sore itu jam di tangan ku sudah menunjukan angka 18.45, berarti sudah 30 menit aku berdiri di depan pabrik menunggu bis yang akan mengantar aku pulang belum dapat juga. Oh ya aku ceritakan dulu tentang aku, aku berusia 34 tahun sekarang ini, sudah punya dua orang anak dan seorang istri. Keluarga kami bahagia walaupun hidup kami pas pasan.
Aku tinggal di kota M di Jawa Timur kota yang dingin dan dinamis, di mana penduduknya banyak yang cantik karena banyaknya pendatang yang masuk dan cakep cakep untuk laki lakinya. Sedang kerjaku jauh di luar kota di kota P, tapi karena sudah kerasan di kota M jadi kami sekeluarga tidak mau pindah atau bertempat tinggal di kota P, aku lebih mengalah Pulang Pergi untuk kerja yang memakan hamper 2 jam perjalanan antara kota M dan P. Sedang cirri 2 aku tinggi tubuhku 170 cm, berat 68 Kg, bentuk yang ideal dan seksi untuk seorang cowok, sehingga jika berangkat atau pulang kerja ketika naik bis umum banyak mata melototiku, karena fisik juga tampang aku yang lumayan ok.
Itulah sekilas tentang aku. Dan sekarang aku lanjutin ceritaku di atas.
Setelah lebih kurang 30 menit berdiri menunggu bis, Hujan rintik turun, karena memang sudah mulai siang mendung menyelimutinya. Tapi beruntung tepat hujan rintik turun Bis umum yang aku tunggu tunggu sudah kelihatan. Setelah berhenti aku naik, ternyata tidak banyak penumpang yang naik. Aku memilih duduk di kursi isis dua tengah tengah bis, karena kursi yang mulai depan sudah terisi.
Setelah membayar aku pasang walkman aku dan mulai memejamkan mata meresapilagu lagu yang kubawa, dan tanpa kusadari aku tertidur, aku terbangun ketika seseorang membangunkan aku minta tempat duduk di sampingku, karena aku terlalu minggir menempati kursiku, sehingga tempat sebelahku tidak cukup untuk di dudukinya. Aku buka mataku ternyata seorang wanita sebaya denganku.
" Permisi mas! " katanya sambil minta tempat kepadaku.
" Oh silahkan Mbak " jawabku sambil menggeser pantatku memberi tempat duduk kepadanya.
Setelah duduk, wanita itu melepas jaketnya, dan ternyata cumin memakai kaos ketat tanpa lengan dengan kerah tinggi sehingga buah dadanya yang besar mungkin sekitar 36 B terlihat menantang pandanganku untuk mencuri curi kearahnya, sehingga kantukku langsung hilang dengan kehadirannya.
Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan terurai, sehingga menambah daya seksinya yang menantang dengan bibir merah menyala, yang seakan akan menantang setiap pria untuk mengulumnya.
" Mau kemana Mbak? " tanyaku memberanikan diri bertanya setelah Bis memasuki sekitar Kecamatan K.
" Pulang Mas kekota M! " jawabnya sedikit angkuh, mungkin sebel aku ajak mengobrol.
Aku diam lagi, nyaliku langsung surut lagi. Dan untuk mengusir keheningan dan ketidak enakan suasana, aku pasang lagi walkmanku yang tadi udah aku lepas ketika pertama kali wanita itu duduk di sampingku. Sampai di kota M aku tidak menegurnya lagi.
Itulah awal mulanya perjumpaanku dengan wanita itu, Hingga beberapa hari lagi aku ketemu lagi dengan nya.
Malam itu aku pulang agak malam sekitar jam 19.30 baru dapat bis. Seperti biasanya aku duduk di kursi isi dua. Malam itu wanita yang kemarin dulu aku sapa agak angkuh naik lagi tapi tidak duduk di sampingku, dia duduk agak di depan kursiku. Melihat dia duduk ddi depan kursiku sendirian aku memberanikan diri pindah tempat duduk di sampingnya. Wanita itu diam saja ketika tau aku duduk di sampingnya, malah dia tersenyum dan memberi aku tempat duduk di sampingnya.
" Lho Mbak kok sudah dua kali ini bareng terus sih?, apa Mbak kerja di sisni juga? " tanyaku sedikit takut-takut.
" Oh enggak kok mas, ini hanya kebetulan saja habis bermain ke tempat saudara!" Jawabnya sambil tersipu malu.
" Emang punya saudara di daerah sini? " tanyaku menyelidiki.
" Iya Mas di daerah sekitar aku naik tadi!" terangnya sambil menawarkan permen kepadaku.
" Kok sendirian saja Mbak main ke tempat saudara? apa tidak di marahin suami? " tanyaku lagi sambil tersenyum menggoda.
" Aku sudah sendirian kok mas! "
" bener nih sendirian? " tanyaku lagi kegirangan mendengar keterangan darinya.
" Iya aku sudah janda, suamiku tidak ketahuan tempatnya, meninggalkan aku setelah anak kami lahir!" jawabnya memastikan aku yang kelihatan kurang percaya.
" Mbak kerja di mana? atau nganggur di rumah? " Tanyaku lagi.
" Kerja mas!, Kalau Mas sendiri? "
" Aku juga kerja..!, Mbak kerjanya di mana? "
" Jaga took di malang!, Mas kerja di mana? "
" Dipabrik di daerah Kota P " jawabku memastikan.
Itulah sepenggal pembicaraanku ketika pertama kali bertemu. Setelahg pertemuan itu, tepatnya tiga hari setelah pertemuanku dengannya, aku mencoba menelponnya di tempat dia bekerja.
" Hallo.. apa kabar? " sapaku .
" Hallo.. baik, ini sapa? " balasnya kebingungan.
" Ini Aries.. yang bareng kamu kemarin..! Ini Mbak Tutik ya? " tanyaku menyakinkan.
" Iya Mas lagi di mana sekarang? " balasnya ramah seraya tersenyum.
" Udah di sini, pulang jam berapa kamu? " Tanya aku menggoda.
" Bentar lagi mas!, emang mau njemput nih? " godanya menantang.
" Emang kaga ada yang marah nih? " balasku memastikan.
" Kaga mas, kalo mau tunggu aja aku di depan!" jawabnya seraya menutup telp tanpa memberi kesempatan padaku untuk menjawab, jadi mau gak mau aku terpaksa menjemputnya di depan tempat kerjanya.
Jam 21.15 aku sudah sampe di depan tempat kerjanya yang ternyata sudah tutup. Aku bingung mencari dimana dianya menunggu, setelah tengok kanan, kiri ternyata Tutik tampak berlari kecil menghampiriku, keluar dari sebuah gang di samping tempat kerjanya.
" Lama ya nunggunya? " sapanya sambil tersenyum ramah padaku.
Aku diam beberapa saat terperangah melihat penampilannya malam itu. Tutik terlihat begitu seksi dengan kaos ketat warna hitam dan celana street warna hitam begitu kontras dengan warna kulitnya yang begitu putih.
" Kok diem sih di tanyain? Ayo berangkat! " sapanya lagi sambil mencubit lenganku.
" Ayuk! " jawabku sambil menstarter sepeda motorku.
" Kemana nih?" tanyaku setelah berjalan beberapa saat.
" terserah mas, aku manut aja? " jawabnya sekenanya sambil melingkarkan Tanya keperutku.
" kamu sudah makan belum? " tanyaku lagi.
" Sudah tadi sore?, emang Mas belum makan? " balasnya.
" Sudah kalo nasi kalo orang belum!" Jawabku bercanda.
" Waouuw! " teriakku takkala tangan Tutik mencubit perutku.
" Kenapa? sakit ya? " tanyanya sambil cekikikan, merasa senang aku menjerit kesakitan.
" Tidak Mbak? cuman kecewa!, Habis nyubitnya salah tempat sih Mbak? " godaku makin berani.
" Emang mintanya di cubit mana? " tanyanya penasaran.
" Bawahnya donk.. tapi kaga di cubit! " sahutku sambil menoleh .
" Emang mau? " Balas Tutik seakan menantang.
Kena nih pikirku..
" Mau donk.. emang itu mauku kok, tapi kalo Mbak juga mau! " balasku sambil cengengesan.
" Kaga ah paling juga kecil lagian.." sahutnya menggoda.
Tapi aku juga kaga kekurangan akal, belum sempat meneruskan pembicaraannya ke genggam tangannya dan kuletakan di atas Penisku yang sudah mulai tegang. Ternyata Tutik tidak menolak juga, malah sekarang diam sambil mengelus elus Penisku yang makin membesar.
" Wah ternyata besar juga ya punya kamu!" bisiknya di belakang telingaku.
" Kamu mau? " tanyaku menantang sambil meremas tangan kirinya.
Tutik diem saja sambil tersenyum, dan pikirku dia tidak menolak kalau aku ajak untuk bersenang senang malam ini.
Dan tanpa minta persetujuannya ku larikan motorku kearah Kota B Yang memang sangat asyik pemandangannya dan suasana kotanya, juga dingin udaranya.
Tutik diam saja, malah semakin erat pelukan tangan kirinya, sedang tangan kanannya tidak pernah lepas dari Penisku yang sudah sangat tegang sekali oleh urutan dan elusan tangannya. Bahkan kadang-kadang dia mengerang tanda birahinya juga sudah memuncak. Dan tanpa minta persetujuanku resulting celanaku di bukanya. Aku yang mengerti maksud dan tujuannya, ikut membantu membuka resulting dan melonggarkan sabuk dan kancing celana jeansku. Setelah terbuka Tangan kanannya tidak hanya mengelus dan mengurut Penisku lagi malah kadang-kadang di kocoknya Penisku. Aku diam saja merasakan elusan dan urutan tangannya yang terlihat sudah sangat berpengalaman, bahkan aku kadang-kadang menggoda dengan kata-kata yang romantis sehingga kadang-kadang tangan kirinya mencubit perutku lagi, sampai aku berteriak minta di hentikan baru di lepaskan cubitannya.
Setelah sampai di Kota B, aku langsung mencari Hotel yang sekiranya pas untuk isis dompetku.
" Malam pak, ada yang bias saya Bantu? " tanya petugas jaganya seorang laki-laki.
" Malam juga, apa masih ada kamar yang kosong Pak? " balsaku sambil melihat brosur yang di tawarkan padaku.
" Tinggal ini Pak yang kosong! " katanya sambil menunjuk no dan lokasi kamarnya pada denah brosur itu.
" Oh ini saja Pak! " sahutku sambil menunjuk kamar no 31 yang bertarip Rp 75.000,00 semalam, kamar kelas standart.
Setelah selesai membereskan administrasinya, aku di antar room boy menuju kamar yang aku pesan. Setelah masuk dan room boy meninggalkan kami berdua, Tutik langsung memeluk dan mencium bibirku, dan aku yang sudah sangat terangsang mulai berangkat tadi langsung melumat bibir seksinya sambil berdiri di muka pintu yang sudah aku tutup. Resleting yang baru saja aku betulin ketika mau masuk hotel tadi sudah di buka lagi dengan kasar oleh Tutik. Dan tangan nya langsung mengelus elus Penisku seperti ketika berangkat tadi, malah beberapa saat kemudian dia berjongkok di depanku dan mengulum Penisku dengan rakusnya tapi sangat enak rasanya. Ternyata Tutik sangat berpengalaman dalam hal ini, walaupun agak kasar mengulumnya tapi tidak pernah sampai terkena gigi putihnya yang sangat terawat rapi seperti gigi pengiklan pasta gigi.
Setelah berjalan sekitar 15 menit berdiri di depan pintu, kutuntun Tutik sambil tetap berciuman seakan tidak mau melepaskan sekejapun lumatan bibirnya, ke tepian ranjang. Lalu aku duduk di tepi ranjang sambil tetap berciuman, sedang tangannya juga tak lepas dari penisku. Sambil membungkuk, kulepas kaos ketatnya, dan tampaklah buah dadanya yang putihbersih menantang, dengan ukuran sekitar 36 B, ku alihkan lumatan bibirku ke payudaranya, dan kupangku dia di atas pahaku.
Tutik mendesah kegelian tatkala kumisku mengeser geser di atas puntingnya, kepalanya mendongak ke belakang sambil bergerak ke kanan dan kekiri merasakan kegeliannya yang sangat hebat, sedang kedua tangannya mendekap kepalaku seolah takut kehilangan moment mencium payudaranya. Sedang kedua tanganku meremas remas pantatnya yang besar nan kenyal sambil meraba raba pahanya, kadang kadang ke masukan tangan kananku ke duburnya.
Bersambung . . . .

No comments:

Post a Comment